Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/12313
Title: Konflik dan Perpecahan Jemaat: Studi tentang Perpecahan Jemaat di GMIBM “Lembah Yarden” Dodap Pantai dari Perspektif Pengelolaan Konflik dalam Organisasi
Authors: Palit, Grace Felma Esther
Issue Date: 2014
Publisher: Program Studi Teologi FTEO-UKSW
Abstract: Manajemen konflik adalah cara yang dapat dilakukan oleh pemimpin dalam menstimulasi konflik dan menyelesaikan konflik. Tujuannya adalah untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara memelihara konflik untuk tetap fungsional dan tidak merugikan organisasi. Gereja yang juga adalah organisasi seringkali mengalami konflik yang mengakibatkan perpecahan dalam jemaat. Hal ini dapat saja disebabkan karena konflik tidak dikelola dengan baik. Pengalaman ini telah dialami oleh jemaat GMIBM “Lembah Yarden” Dodap Pantai yang telah dua kali mengalami konflik dan perpecahan. Konflik pertama dan kedua berawal dari konflik dalam diri pribadi yang merasa keinginan dan kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Kemudian didukung oleh kelompok atau keluarga yang terkait dengan yang berkonflik. Konflik ini berawal dari faktor struktural, yaitu faktor kepemimpinan dan sistim yang berlaku dalam organisasi. Para pelayan jemaat berusaha untuk menjalankan organisasinya sesuai aturan, sementara anggota jemaat merasakan bahwa peraturan yang ditetapkan tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Tipe konflik ini disebut sebagai konflik proses yang berhubungan dengan bagaimana menjalankan program. Menurut teori, konflik proses dapat menjadi konflik yang fungsional. Tetapi kenyataannya konflik ini tidak dapat dikelola dengan baik sehingga telah menjadi konflik hubungan, yaitu hubungan antar personal yang tidak harmonis yang kemudian menyebabkan konflik disfungsional atau konflik yang tidak terselesaikan dengan baik dan akhirnya menyebabkan perpecahan dalam jemaat. Konflik dalam jemaat memang tidak dapat dihindari, tetapi konflik dapat dikelola agar menghasilkan perubahan atau pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Karena itu manajemen konflik sangat penting untuk dilakukan dalam organisasi gereja/jemaat agar terjadi konflik yang fungsional. Manajemen konflik harus dimulai pada saat terjadi gejala konflik. Pada saat itu mulailah dengan tahap perencanaan, kemudian tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Jika ada konflik yang tidak dapat diselesaikan dalam jemaat maka dapat dimediasi oleh orang yang dipercaya seperti tim penggembalaan dalam jemaat. Tetapi bila tidak terselesaikan juga maka Badan pekerja Wilayah dan Badan Pekerja Sinode harus menjadi mediasi penyelesaian konflik. Dengan demikian sudah menjadi tanggung jawab bersama para pimpinan/pelayan jemaat untuk melakukan manajemen konflik dengan memperhatikan kebutuhan anggota jemaat. Organisasi gereja harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, tanpa mengabaikan visi dan misi dalam pelayanan gereja. Karena itu diperlukan kerendahan hati dari seorang pemimpin/pelayan dalam menyikapi setiap konflik yang terjadi.
Description: Tidak diijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas dikarenakan masih ada kekurangan administrasi.
URI: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/12313
Appears in Collections:T2 - Master of Religion Sociology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
T2_752012007_Judul.pdfHalaman Judul1.4 MBAdobe PDFView/Open
T2_752012007_BAB I.pdf
  Restricted Access
BAB I441.03 kBAdobe PDFView/Open
T2_752012007_BAB II.pdf
  Restricted Access
BAB II634.26 kBAdobe PDFView/Open
T2_752012007_BAB III.pdf
  Restricted Access
BAB III476.01 kBAdobe PDFView/Open
T2_752012007_BAB IV.pdf
  Restricted Access
BAB IV444.78 kBAdobe PDFView/Open
T2_752012007_BAB V.pdf
  Restricted Access
BAB V434.8 kBAdobe PDFView/Open
T2_752012007_Daftar Pustaka.pdf
  Restricted Access
Daftar Pustaka584.06 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.