Eksistensi Kesenian Rodat Rock Gempor di Desa Kemiri Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara

Abstract

Kesenian Rodat Rock Gempor adalah salah satu kesenian di Desa Kemiri Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara yang masih bertahan sampai sekarang dan selalu tumbuh dan berkembang bersandingan dengan budaya modern. Pertunjukan Rodat dibagi menjadi tiga elemen yaitu silat, musik, dan nyanyian yang biasanya dikemas dalam bahasa Jawa. Instrumen yang digunakan dalam pertunjukan adalah terbang dan Jidor. Formasi kecil rodat dipertunjukkan dengan pola empat terbang dengan posisi sejajar untuk membentuk suara satu, dua, tiga, dan empat. Posisi jidor berada di pinggir sebelah kiri dan pada baris depan diisi oleh pemimpin yang sekaligus berperan sebagai vokalis. Formasi besar biasanya dilakukan dengan penambahan instrumen terbang menjadi ganda untuk tiap suaranya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual dan tekstual musikologi, sedangkan metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dibutuhkan dalam rangka mendapat data dari masyarakat khususnya data secara lisan. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pola pukulan untuk terbang satu dan lainnya sehingga membentuk kesan saling bersahut-sahutan. Pola ritmis yang dipergunakan yaitu sukat duaperempat dan tigaperempat. Jidor berperan sebagai pengatur tempo sekaligus sebagai pemberi tanda ketika perpindahan lagu dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi kontribusi kepada masyarakat bahwa ada dokumen tertulis mengenai Eksistensi Rodat Rock Gempor di Desa Kemiri Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.

Rodat Rock Gempor is one of the folk arts which still survives until now and always grows and developes side by side with modern culture. A Rodat performance consists of three elements namely dances in the form of Javanese Martial Arts, music and songs which are usually in Javanese language. Instruments used in the performance among others are Tambourine or often named “ Terbang”, and Bass Drum or Jidor. ( Terbang is a tambourine which is held by one hand while the other hand beats it in a performance ). A small Rodat formation is performed with the pattern of 4 tambourines in a parallel position to form the tone of one, two, three, and four. The position of Jidor is on the left side and on the front row stands the leader who serves as a vocalist. Large formations are usually accomplished by adding Terbang instruments to double each tone. This study uses textual and contextual musicological approach, whereas the method used in this study uses qualitative research. Qualitative research is needed in order to get data from the public, especially verbal data. This study shows that there are differences in the pattern of a single blow to the tambourine and the others to form impression of mutual blare. Rhythmic patterns used are measures of two fourths and three fourths. A Bass Drum acts as a tempo regulator and also the marker of changing songs performed. This study is intended to contribute to the community that there is a written document about the existence of Rodat Rock Gempor in Kemiri Village, Sigaluh District of Banjarnegara Regency.