Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/13338
Title: Diakonia Transformatif dalam Pengentasan Kemiskinan: Upaya Mentransformasi Pelayanan Gereja terhadap Orang Miskin dalam Konteks GKI Martin Luther di Tanah Papua
Authors: Wairata, Meyvie
Keywords: gereja;kemiskinan dan diakonia transformatif
Issue Date: 2017
Publisher: Magister Sosiologi Agama Program Pascasarjana FTEO-UKSW
Abstract: Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang penting dan mendesak untuk diperangi, karena kemiskinan mengakibatkan manusia bukan hanya mengalami kekurangan secara materi tetapi mengakibatkan manusia kehilangan martabatnya. Itu sebabnya tesis ini pertama-tama mengangkat masalah kemiskinan yang cukup memprihatinkan dalam konteks Indonesia secara umum tentu dengan segala permasalahannya. Di dalam konteks kemiskinan di Indonesia maka Gereja tidak dapat tinggal diam. Kemiskinan memiliki dua dimensi yaitu dimensi secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif kemiskinan adalah keadaan di mana manusia serba kekurangan atau tidak berharta benda ditandai dengan kekurangan material, ketiadaan jaminan sosial dan ekonomi, kelemahan dan ketidak mampuan. Sedangkan kemiskinan kualitatif yaitu keadaan di mana kemiskinan membuat hidup manusia tidak lagi bermartabat atau tidak layak disebut manusia. Mereka dikucilkan atau disingkirkan dan dipinggirkan dalam kehidupan pergaulan masyarakat. Kemiskinan adalah keadaan serba kekurangan dalam segala hal: kekurangan pangan, sandang, lapangan pekerjaan, nilai-nilai hidup, kebahagian dan kegembiraan, kepenuhan hidup, cita-cita dan impian, tekad dan kemauan, kemungkinan dan kesempatan, kekurangan keadilan, kebebasan dan perdamaian. Kemiskinan adalah sesuatu yang harus diperangi, karena Allah sendiri membela dan membebaskan orang yang lemah dan tertindas, bahkan Allah di dalam Yesus Kristus memiliki misi atau programatik hidup mengutamakan atau membebaskan orang miskin, bahkan Yesus mengidentikan diriNya dengan orang miskin. Tujuan misi Yesus tidak lain agar manusia dikembalikan kepada hakekatnya sebagai ciptaan yang memiliki martabat dan harga diri. Tindakan konkrit gereja dalam memihak orang miskin adalah melakukan pelayanan diakonia. Upaya strategis GKI Martin Luther menghadapi realitas kemiskinan di kelurahan Hinekombe dengan tujuan pemberdayaan orang miskin, sehingga mereka memiliki martabatnya sebagai manusia. Untuk memberdayakan orang miskin maka GKI Martin Luther perlu membangun persekutuann yang bermutu yaitu persekutuan yang menjalankan tugas fungsionalnya dengan keterbukaan dan keterarahan kepada Allah, keterbukaan dan keterarahan kepada sesama, dan keterbukaan dan keterarahan kepada dunia sekitar gereja yaitu kemiskinan. Semua didasarkan pada panggilan GKI Martin Luther yang meneladani Yesus sebagai hamba bagi semua orang. Itu sebabnya dalam konteks kemiskinan GKI Martin Luther menjadi gereja hamba yang memihak kepada orang miskin dan melakukan pelayanan nyata berupa pelayanan diakonia. Tindakan startegis yang memberdayakan hanya dapat terjadi hanya dengan upaya diakonia transformatif yaitu diakonia yang membantu orang miskin membangun kehidupannya sendiri. Pelayanan diakonia transformatif dapat dilakukan dengan pintu masuk diakonia karitatif dan diakonia reformatif. Pemberdayaan orang miskin hanya dapat terjadi bila orang miskin dapat mengambil keputusan bagi masa depannya. Pemberdayaan itu hanya dapat berlangsung dalam sebuah wadah organisasi, yaitu komunitas basis primer. Komunitas basis primer ini tidak dapat berjalan sendiri tetapi membutuhkan kerjasama dengan komunitas basis sekunder, baik yang bersifat kumunitas basis Kristiani maupun komunitas basis manusiawi, dirinya sendiri. Demikian juga GKI Martin Luther dalam melayani pelayanan diakonia transformatif tidak mungkin dapat dilakukan GKI Martin Luther sendirian tetapi membangun kerjasama dengan semua pihak. GKI Martin Luther perlu menyadari diri bahwa penderitaan orang miskin tidak dapat diatasi dengan cepat, tetapi memerlukan waktu yang lama, tahap demi tahap. Penderitaan orang miskin juga tidak pernah dapat diatasi secara tuntas. Ini tidak berarti GKI Martin Luther menjadi pesimis, tetapi dituntut ketekunan, usaha yang terus menerus yang menuntut kesabaran. Dengan kesadaran inilah maka perjuangan orang miskin adalah perjuangan tanpa kekerasan, sebab perjuangan tanpa kekerasan dilandasi oleh kesadaran bahwa kehidupan manusia itu berharga dan bermartabat.
URI: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/13338
Appears in Collections:T2 - Master of Religion Sociology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
T2_752015013_Judul.pdfHalaman Judul1.42 MBAdobe PDFView/Open
T2_752015013_BAB I.pdfBAB I489.31 kBAdobe PDFView/Open
T2_752015013_BAB II.pdfBAB II1.24 MBAdobe PDFView/Open
T2_752015013_BAB III.pdfBAB III1.4 MBAdobe PDFView/Open
T2_752015013_BAB IV.pdfBAB IV1.22 MBAdobe PDFView/Open
T2_752015013_BAB V.pdfBAB V373.97 kBAdobe PDFView/Open
T2_752015013_Daftar Pustaka.pdfDaftar Pustaka342.07 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.