Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/13363
Title: Misi Gereja Kristen Protestan di Bali Periode 2012-2016 dalam Perspektif Pancasila
Authors: Priana, I Made
Keywords: misi;gereja;Bali;Pancasila;Indonesia
Issue Date: 2017
Publisher: Doktor Sosiologi Agama Program Pascasarjana FTEO-UKSW
Abstract: Latar belakang utama penelitian ini adalah kenyataan bahwa dalam rentang waktu 18 tahun belakangan ini, rumah bersama yang bernama Indonesia, terasa berada dalam keadaan tegang dan semakin sulit untuk dihuni dan dihidupi bersama. Penyebab dari keadaan yang demikian ini, nampaknya bukan karena ketidakluhuran Pancasila, tetapi karena banyakkomponen bangsaseperti Gereja Kristen Protestan Di Bali (GKPB) sekalipun sudah sadar diri sebagai bagian integral dari Indonesia, namun belum sepenuhnya menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, berupa pengagungan akan: kesatuan, kemanusiaan dan kesetaraan; dalam pelaksanaan misi mereka. Disertasi ini meneliti bagaimana Pelaksanaan Misi GKPB Periode 2012-2016 Pada Bidang Persekutuan, Pelayanan, Dan Kesaksian Dalam Perspektif Pancasila, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan misi GKPB pada periode 2012-2016 dari perspektif Pancasila, belum sepenuhnya mengaktualisasikan nilai kesatuan, kemanusiaan, dan kesetaraan. Hal itu dikatakan demikian karena: Pertama, pelaksanaan misi GKPB pada periode 2012-2016, sekalipun bertemakan “Bertumbuh Bersama Masyarakat” masih lebih banyak dikendarai oleh pemahaman bahwa Indonesia adalah ladang misi gereja daripada sebagai misi gereja itu sendiri, sehingga tidak senyatanya memanifestasikan apalagi merawat kebersamaan Indonesia. Kedua, pelaksanaan misi GKPB pada periode 2012-2016, walaupun bertema“ Bertumbuh Bersama Masyarakat” namun karena belum terbebas dari kungkungan religiolatry, bibliolatry dan dogmalatary, masih lebih banyak digerakkan oleh pemahaman bahwa agama Kristen adalah sebagai tujuan, dan bukan sebagai jalan untuk menghadirkan kebajikan yang memuliakan kemanusiaan. Ketiga, pelaksanaan misi GKPB pada periode 2012-2016, kendatipun bertema “Bertumbuh Bersama Masyarakat”, masih lebih banyak dimotori oleh spirit kapitalisme daripada roh kegotong-royongan, sehingga sangat menjunjung tinggi pola hidup berlomba-lomba untuk memperoleh kemajuan sebanyak-banyaknya, dengan dalih agar kelak bisa memajukan sesama, daripada membatasi diri untuk hidup cukup agar sesama juga bisa cukup hidup. Bertolak dari hasil pengkajian atas pelaksanaan misi GKPB pada periode 2012-2016 dalam bidang Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian dalam perspektif Pancasila, maka dalam rangka mengkonstruksi misi Gereja yang mengaktualisasikan Pancasila, dapat dibangun tiga gagasan. Ketiga gagasan tersebut ialah sebagai berikut: Pertama, gereja Indonesia patut menjadi lembaga keagamaan yang membangun teologi keindonesiaan. Kedua, gereja Indonesia patut menjadi lembaga keagamaan yang berspiritualitas humanis. Ketiga, gereja Indonesia patut menjadi lembaga keagamaan yang beretika sambung rasa. Dalam gagasan untuk membangun gereja yang berteologi Indonesia, penulis berpendirian bahwa umat Kristiani Indonesia patut melihat Indonesia sebagai teks atau penyataan tentang karya penyelamatan Tuhan, dimana melalui keindonesiaan karyaNya itu, Tuhan membuat manusia Indonesia secara politis, sosial dan agama menjadi setara, sebab mereka adalah umatNya. Bila gereja Indonesia sanggup melihat keindonesiaan sebagai karya penyelamatan Tuhan, diperkirakan, gereja Indonesia akan mengakarkan dirinya pada keindonesiaan itu, sehingga dengan roh keindonesiaan, mereka akan berada di Indonesia bukan untuk membangun mega gereja di Indonesia dengan mengorbankan Indonesia, tetapi justru untuk menggereja dalam rangka memelihara Indonesia. Terkait dengan gagasan untuk membentuk gereja yang berspiritualitas humanis, maka gereja Indonesia patut tiba pada pemahaman bahwa agama itu bukanlah tujuan, melainkan hanyalah jalan belaka untuk menghayati keagamaan yang bermuara pada kemaslahatan manusia. Sehandainya gereja Indonesia tiba pada pemahaman yang demikian, diprediksi bahwa gereja Indonesia akan mampu bersikap untuk membiarkan Tuhan menjadi Tuhan, dan sekaligus menghormati semua manusia yang beragama lain, sebab sekalipun mereka beragama lain, tidak berarti mereka berada di jalan yang sesat. Kemudian dalam gagasan untuk membentuk gereja yang beretika sambung rasa, maka gereja Indonesia mesti memiliki kepedulian terhadap sesamanya manusia. Dengan memiliki kepedulian sosial, gereja Indonesia akan dimampukan untuk bersikap hidup sederhana, yakni berpola hidup cukup agar sesamanya juga bisa untuk cukup hidup. Dalam pola hidup cukup, diprediksi gereja Indonesia akan membatasi keinginannya dan juga kepemilikannya, sehingga gereja terhindar dari keserakahan dan hedonisme, guna untuk mengikis kesenjangan sosial dan menciptakan kesetaraan.
URI: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/13363
Appears in Collections:D - Doctor of Religion Sociology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
D_762012001_Judul.pdfHalaman Judul1.28 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB I.pdfBAB I773.08 kBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB II.pdfBAB II1.11 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB III.pdfBAB III1.47 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB IV.pdfBAB IV2.24 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB V.pdfBAB V1.65 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB VI.pdfBAB VI1.44 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB VII.pdfBAB VII2.12 MBAdobe PDFView/Open
D_762012001_BAB VIII.pdfBAB VIII413.68 kBAdobe PDFView/Open
D_762012001_Daftar Pustaka.pdfDaftar Pustaka962.19 kBAdobe PDFView/Open
D_762012001_Lampiran.pdfLampiran633.37 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.