Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/15968
Title: | Makna Mena Muria bagi Masyarakat Aboru di Pulau Haruku |
Authors: | Latupeirissa, Clara |
Keywords: | Aboru;bahasa dan semiotika;makna;Mena Muria;RMS |
Issue Date: | 2017 |
Publisher: | Magister Sosiologi Agama Program Pascasarjana FTEO-UKSW |
Abstract: | Mena Muria adalah sebuah idiom yang biasa digunakan oleh masyarakat Maluku. Mena berarti “di depan” sedangkan Muria berarti “di belakang.” Mena Muria dipahami berbeda-beda sesuai dengan konteks dan situasi. Mena Muria telah ada sejak lama dalam kehidupan orang Maluku dan sering digunakan dalam acara seremonial adat. Makna Mena Muria menjadi problematis saat dipakai oleh gerakan sosial politik di Maluku yakni RMS sebagai semboyan pada tahun 1950. Sejak saat itu, penggunaan Mena Muria dalam kehidupan masyarakat selalu dikaitkan dengan gerakan sosial politik. Sehingga menimbulkan kontestasi antara semantik budaya dan politik. Pada kenyataannya Mena Muria telah lama digunakan dalam proses-proses sosial di Masyarakat jauh sebelum Mena Muria digunakan oleh RMS. Gerakan sosial politik ini bukan hanya mempengaruhi penggunaan Mena Muria, tetapi juga melahirkan stigma negatif bagi masyarakat yang selalu dilabeli sebagai bagian dari gerakan sosial politik tersebut. Aboru adalah Negeri yang dilabeli sebagai basis gerakan sosial politik RMS. Sehingga Dalam rangka melepaskan stigma tersebut dan mendudukan kembali Mena Muria dalam khazanah budaya orang Maluku maka perlu menemukan pemahaman orang Aboru tentang Mena Muria. Berdasarkan hasil penelitian serta dielaborasi menggunakan pendekatan bahasa dan semiotika maka dapat diketahui bahwa makna Mena Muria dipahami oleh orang Maluku umumnya dan orang Aboru khususnya terbagi dalam dua fase. Fase pertama, pra-pergolakan sosial politik Mena Muria dipahami bukan hanya sekedar idiom tetapi memiliki nilai-nilai yang mencerminkan identitas dan berfungsi sebagai penjaga ikatan sosial dalam masyarakat. Fase kedua, pergolakan sosial politik tahun 1950 sampai sekarang Mena Muria dipahami dan dipakai sebagai alat politik untuk memobilisasi masyarakat dalam aksi-aksi perjuangan. Pemahaman Mena Muria yang bersifat peyoratif justru bertahan dalam pemikiran masyarakat dan diteruskan secara turun temurun dalam masyarakat. |
URI: | http://repository.uksw.edu/handle/123456789/15968 |
Appears in Collections: | T2 - Master of Religion Sociology |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
T2_752016039_Judul.pdf | Halaman Judul | 1.18 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752016039_BAB I.pdf | BAB I | 777.89 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752016039_BAB II.pdf | BAB II | 875.69 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752016039_BAB III.pdf | BAB III | 1.86 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752016039_BAB IV.pdf | BAB IV | 1.47 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752016039_BAB V.pdf | BAB V | 259.69 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752016039_Daftar Pustaka.pdf | Daftar Pustaka | 274.02 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.