Kajian Etis Teologis terhadap Tradisi Praktek Pengakuan Dosa dalam Ibadah Jemaat GKS Tanakombuka

Abstract

Manusia adalah makhluk dengan banyak keterbatasan dan kekurangan. Manusia rentan untuk berbuat dosa tetapi tidak sungguh-sungguh dalam memohon pengampunan. Tindakan manusia yang melakukan pelanggaran juga berhubungan dengan etika, di mana etika dikaitkan dengan moral atau baik-buruknya suatu tindakan. Seseorang tidak hanya merusak hubungannya dengan Allah tetapi juga dengan sesamanya karena ia hidup berdampingan dengan orang lain dan terdapat aturan di dalamnya. Jemaat dituntut mengaku dosa untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak itu. Pengakuan dosa berlaku untuk setiap jenis pelanggaran, baik yang ringan ataupun berat dan harus dilakukan dengan beriman kepada Tuhan.Pengakuan akan kesalahan manusia kepada Tuhan harus dilakukan dengan kerelaan hati yang menyadari bahwa ia berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Tuhan dan tanpa ada paksaan. Pengakuan dosa terdapat pada setiap gereja, bahkan terdapat juga pada GKS, khususnya GKS Tanakombuka. Pengakuan di GKS terdapat dua macam, yaitu dalam liturgi ibadah minggu dan pengakuan dosa yang dilakukan pada saat-saat tertentu. Penelitian ini dilakukan di jemaat GKS Tanakombuka, Sumba Barat Daya dengan mewawancarai warga jemaat khususnya perempuan yang hamil dan melahirkan di luar nikah yang pernah mengaku dosa di hadapan jemaat dan pendeta selaku pelayan dan pemimpin jemaat. Pemberlakuan pengakuan dosa hanya terjadi pada perempuan yang hamil/melahirkan di luar nikah, sedangkan pelanggaran yang lainnya tidak diberlakukan hal yang sama.