Pemanfaatan Tenaga Surya pada Stasiun Cuaca Lokal Terkoneksi Twitter yang Diaplikasikan di Tempat Wisata Lereng Kelir

Abstract

Perkiraan cuaca penting dilakukan untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang tidak menentu, maka dari itu diperlukan alat yang dapat mengukur nilai suhu, kelembaban dan tekanan udara. Data yang ditampilkan di beberapa website perkiraan cuaca maupun aplikasi Android tidak secara spesifik menyebutkan lokasi dan biasanya informasi hanya tersedia untuk kota-kota besar saja. Hal tersebut menyulitkan kita untuk mengetahui perkiraan cuaca di daerah pegunungan atau yang jauh dari kota, salah satunya di tempat Wisata Lereng Kelir, yang solusinya diberikan melalui skripsi ini dalam bentuk stasiun cuaca lokal. Karena tidak ada jaringan listrik di tempat Wisata Lereng Kelir maka digunakan panel surya sebagai sumber utama dari stasiun cuaca. Alat ini menggunakan tiga sensor berbeda yaitu sensor suhu, sensor kelembaban, dan sensor tekanan udara. Hasil pembacaan sensor akan diolah oleh mikrokontroler dan mengunggahnya ke media sosial Twitter agar calon wisatawan dapat memantau keadaan Lereng Kelir. Data yang sudah diunggah ke Twitter akan disimpan di sistem penyimpanan Dropbox agar pengelola dapat melihat rekaman cuaca. Dari pengujian yang telah dilakukan, sistem dapat mengolah data suhu (℃), kelembaban (%), dan tekanan udara (Pa) untuk menginformasikan apakah cuaca di tempat Wisata Lereng Kelir sedang hujan atau cerah. Hasil tersebut dapat dilihat pada Twitter selama dua jam sekali dan pada Dropbox sepuluh menit setelahnya. Energi yang dibutuhkan pada stasiun cuaca lokal ini adalah sebesar 26,64 Wh lebih kecil dari pada energi yang dihasilkan pada pengisian baterai adalah sebesar 69,12 Wh. Jadi energi yang didapat baterai dari panel surya dapat mencatu alat sekalipun pada saat malam hari.

Weather forecasting is important to anticipate erratic weather changes, so a tool is needed that can measure the temperature, humidity and air pressure values. Data displayed on several weather forecast websites and Android applications do not specifically mention the location and usually information is only available for big cities. This makes it difficult for us to know weather forecasts in mountainous areas or far from the city, one of which is at the Lereng Kelir Tourist, where the solution is given through this thesis in the form of a local weather station. Because there is no electricity network in the Lereng Kelir, solar panels are used as the main source of weather stations. This tool uses three different sensors, namely temperature sensors, humidity sensors, and air pressure sensors. The sensor readings will be processed by the microcontroller and uploaded to Twitter social media so that potential tourists can monitor the state of Lereng Kelir. Data that has been uploaded to Twitter will be stored in the Dropbox storage system so that managers can see weather records. From the tests that have been carried out, the system can process temperature data (℃), humidity (%), and air pressure (Pa) to inform whether the weather at the Tourist Point of the Lereng Kelir is rainy or bright. These results can be viewed on Twitter for two hours and Dropbox ten minutes later. The energy needed at this local weather station is 26.64 Wh smaller than the energy produced in charging the battery is 69.12 Wh. So the energy obtained by the battery from the solar panel can supply the device even at night.