Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/19417
Title: | Pertimbangan Mahkamah Konstitusi tentang Penetapan Tersangka sebagai Objek Praperadilan dalam Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 |
Authors: | Teslatu, Leo Christy Menoha |
Keywords: | Mahkamah Konstitusi;perluasan objek praperadilan;penetapan tersangka |
Issue Date: | 2019 |
Publisher: | Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana UKSW |
Abstract: | Tesis ini berjudul Pertimbangan Mahkamah Konstitusi Tentang Penetapan Tersangka Sebagai Objek Praperadilan Dalam Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis mengapa Mahkamah Konstitusi memutuskan penetapan tersangka sebagai objek praperadilan. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang mempunyai tugas dari pengujian konstitusional (constitutional review) untuk melindungi setiap individu warga negara terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh lembaga-lembaga negara khususnya lembaga penegak hukum sehingga dalam proses penegakan hukum yang dilakukan tidak merugikan hak-hak fundamental individu-individu yang dijamin oleh konstitusi. Dimasukannya penetapan tersangka sebagai objek praperadilan karena sebagai negara hukum hal yang paling utama adalah melindungi kepentingan individu dari tindakan kesewenang-wenangan dari negara dalam rangka mewujudkan perlindungan, pemajuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Penetapan tersangka sebagai objek praperadilan adalah merupakan bentuk pengawasan dan mekanisme kontrol terhadap proses penegakan hukum yang terkait erat dengan jaminan perlindungan hak asasi manusia dengan penegasan sistem yang dianut KUHAP adalah akusatur dengan asas due process of law sebagai salah satu perwujudan pengakuan hak asasi manusia dalam proses peradilan pidana. Penetapan tersangka sebagai objek praperadilan merupakan penyeimbang dalam hal adanya benturan antara hak-hak individu dengan kekuasaan negara, dalam hal ini lembaga penegak hukum, untuk dapat menilai bahwa apakah benar-benar seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka pada prosesnya sudah dilakukan secara ideal dan benar. Namun apabila tidak dilakukan secara ideal dan benar, dapat diajukan kepada lembaga praperadilan sebagai lembaga yang berhak menilai dan juga sebagai penyeimbang hak untuk dapat mewujudkan check and balances antara hak-hak individu dengan kekuasaan negara, khususnya lembaga penegak hukum. |
URI: | https://repository.uksw.edu/handle/123456789/19417 |
Appears in Collections: | T2 - Master of Law |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
T2_322017003_BAB I.pdf | BAB I | 735.45 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_322017003_BAB II.pdf | BAB II | 1.28 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_322017003_BAB III.pdf | BAB III | 1.52 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_322017003_BAB IV.pdf | BAB IV | 169.79 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_322017003_Daftar Pustaka.pdf | Daftar Pustaka | 305.54 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_322017003_Judul.pdf | Halaman Judul | 1.25 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.