Hope pada Pekerja Anak yang Putus Sekolah

Abstract

Anak putus sekolah yang kemudian memilih bekerja merupakan fenomena yang masih sering ditemui di Indonesia. Sekolah menjadi salah satu prediktor hope, sementara pekerja anak tidak lagi didukung oleh sarana tersebut. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hope pada pekerja anak yang putus sekolah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Partisipan penelitian terdiri dari 3 orang pekerja anak usia 16-17 tahun, telah putus sekolah, dan telah bekerja minimal 1 tahun di sektor nonformal. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Penelitian ini menghasilkan tujuh tema besar, yaitu faktor penyebab anak putus sekolah, reaksi emosi karena putus sekolah, mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi reaksi emosi yang muncul, tujuan, pathways thinking, agency thinking, dan kebutuhan bersosialisasi. Kesimpulannya, pekerja anak yang putus sekolah telah dapat memikirkan jalur-jalur dan mengarahkan energi diri untuk mencapai tujuan internal keluar dirinya yaitu meringankan beban orang tua serta tujuan jangka pendek yaitu membeli barang tertentu. Namun untuk tujuan lain yaitu career goals, mereka belum dapat mengarahkan diri untuk melakukan jalur tersebut secara terarah.

Child labour who dropped out from school is a phenomenon that’s still often found in Indonesia. Schools are one of the predictors of hope, while child labour is no longer supported by these facilities. This study aims to illustrate hope theory in child labour who dropped out from school. This research involved 3 subject aged 16-17 years old of child labour who dropped out from school and were working in the non-formal industry for minimum 1 year. The results of this study are produced 7 themes, i.e. the factors causing child dropped out from school, emotional reactions, defense mechanism to deal with the emotional reactions that arise, goals, pathways thinking, agency thinking, and child labour’s socializing needs. In conclusion, child labour who have dropped out from school have been able to think of possible pathways and direct their energy to achieve the goals. However, for other goal, that is to achieve career goals, child labour haven’t optimally articulated the possible paths and haven’t been able to direct themselves to take the path in a directed action.