Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/2016
Title: Reyog di Tengah Arus Globalisasi (Strategi Komunikasi Pemerintah Kabupaten Ponorogo Menggunakan Reyog Sebagai Metode Public Relations)
Authors: Megawati, Yenny
Issue Date: 2012
Publisher: Program Studi Komunikasi FISKOM-UKSW
Abstract: Dewasa ini, globalisasi menjadi sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat kita. Maraknya budaya asing yang masuk ke indonesia dengan keunikan mereka membuat minat masyarakat akan kebudayaan sendiri menjadi sedikit berkurang sehingga keberadaan budaya asli kita cenderung bergeser. Namun beberapa klaim asing seolah menyadarkan kita bagaimana pentingnya nilai kebudayaan kita dan berusaha mengkomunikasikan, mempertahankan, dan mengembangkan keberadaannya. Salah satunya adalah Kabupaten Ponorogo dengan kebudayaan aslinya yakni Reyog Ponorogo. Reyog Ponorogo berusaha dikomunikasikan secara intensif agar eksistensinya tetap terjaga. Dari sini peneliti ingin melihat bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mempertahankan keberadaan Reyog Ponorogo serta faktor apa saja yang melatar belakangi strategi yang digunakan oleh pemerintah tersebut. Upaya-upaya ini tentu saja memerlukan strategi komunikasi dan pendekatan khusus untuk mencapainya. Dengan menggunakan teori Public Relations menurut Cutlips, peneliti akan mencoba mengaitkan proses Public Relations dengan fakta di lapangan mengenai strategi apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan Reyog Ponorogo. Dari penelitian yang telah dilakukan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo lebih menekankan strateginya melalui aspek sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial pendidikan yang diwujudkan dalam upaya konkrit berupa Event Reyog Nasional, Event Reyog Mini, Event Reyog Bulan Purnama, serta Pengiriman Seniman Reyog ke Ajang Nasional dan Internasional yang didukung dengan keberadaan Paguyuban Warga Ponorogo (Pawargo yang saat ini keberadaannya telah tersebar di berbagai kota di Indonesia. hal ini ditunjang dengan Reyog yang merupakan kebudayaan asli Ponorogo, dan memiliki nilai jual.
Today, globalization become a familiar phenomenon in our social life. The uniqueness foreign culture's expansion makes the indonesian lack the nationality of native indonesian culture. Indeed, after some foreigns' claim of our culture, make us realize how important the value of our culture and trying to communicate, retain, and develop its existence. Ponorogo, a regency with the native culture Reyog Ponorogo, tries to maintain its existence. Based this point, the researchers wants to see what strategy the Government did to maintain the Reyog Ponorogo existence. The efforts used by the government surely needs comunication strategy and special treatment to make it true. Using the Cutlips Public Relation theory, the researcher tries to relate the process of Public Relation with the factual fact using by the government to maintain and develop Reog Ponorogo. The result is the government emphsized their strategy through social cultural aspect, social economy, and social education which are shown in the concrete efforts such as, National Reyog Event, Reyog Mini Event, Full Moon Reog Event. Moreover, the Reog artists who join in the national and international event supported by the Paguyuban Warga Ponorogo (pawargo which spread all of indonesia), which added and strenghtened Reog as native culture from Ponorogo and has economical value.
Description: Lembar Pengesahan tidak disertai tanda tangan dosen pembimbing
URI: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/2016
Appears in Collections:T1 - Communication

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
xT1_362008083_Judul.pdfHalaman Judul722.24 kBAdobe PDFView/Open
xT1_362008083_Daftar Pustaka.pdfDaftar Pustaka167.22 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.