Khotbah Bahasa Toraja sebagai Identitas Kultural dalam Kebaktian Minggu di Gereja Toraja Jemaat Rantepao

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana khotbah bahasa Toraja dalam kebaktian minggu sebagai identitas kultural menurut pemahaman warga gereja Toraja jemaat Rantepao. Secara ideal, bahasa yang digunakan dalam khotbah adalah bahasa pendengar yang dapat dipahami dan diresapi oleh pendengarnya. Dalam konteks Gereja Toraja jemaat Rantepao, bahasa yang dimaksud ialah bahasa Toraja. Meskipun bahasa daerah nampaknya mulai ditinggalkan, namun khotbah bahasa Toraja tetap dilaksanakan di Gereja Toraja jemaat Rantepao. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif deskriptif dan data primer diperoleh melalui teknik wawancara tak berstruktur dengan beberapa partisipan yang berdomisili dalam lingkup Gereja Toraja jemaat Rantepao. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis berdasarkan teori mengenai identitas kultural, memori kultural, dan homiletika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa warga Gereja Toraja jemaat Rantepao memahami khotbah bahasa Toraja sebagai identitas kultural. Hal tersebut didasarakan pada kesadaran bahwa bahasa Toraja adalah bagian yang dimiliki dalam diri ataupun kultur orang Toraja, karena itu bahasa Toraja adalah bahasa ibu bagi masyarakat Toraja. Hal tersebut yang membuat khotbah bahasa Toraja lebih dirindukan oleh jemaat dan firman Tuhan yang disampaikan dirasa lebih mendalam. Pelaksanaan khotbah bahasa Toraja juga merupakan sarana pelestarian bahasa Toraja yang dilakukan secara bersama dalam jemaat Rantepao.