Gambaran Subjective Well-Being pada Anak yang Memiliki Orang Tua Penyandang Tunanetra Sejak Lahir

Abstract

Penyandang tunanetra adalah individu dengan ketidakmampuan melihat, keterbatasan fisik dalam melihat membuat mereka terkendala dalam melakukan aktifitas sehari-hari sehingga sering dianggap remeh dan disisihkan oleh masyarakat. Anak, selama hidupnya akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki karakteristik berbeda akan pandangan orang tua penyandang tunanetra, ada yang memandang sebagai sesuatu hal yang biasa dan ada pula yang memandang sebagai hal yang aneh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada anak yang memiliki orang tua penyandang tunanetra sejak lahir dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Pemilihan partisipan penelitian menggunakan snowball. Karakteristik partisipan adalah yang berusia 13 sampai 18 tahun, belum menikah dan memiliki orang tua penyandang tunanetra sejak lahir. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan subjective well-being pada anak yang memiliki orang tua penyandang tunanetra, meliputi penilaian kognitif yaitu kepuasan hidup dan penilaian afektif. Aspek subjective well-being pada partisipan yaitu kepuasaan hidup yang dipengaruhi oleh domain keluarga, teman, sekolah, pekerjaan, dan masa depan. Afek positif yang mereka alami yaitu senang, bangga, dan kasih sayang. Afek negatif yang muncul adalah sedih dan perasaan tertekan. Temuan lainnya didapatkan sejumlah faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being pada anak yang memiliki orang tua penyandang tunanetra sejak lahir yaitu peran orang tua dengan menanamkan nilai-nilai pada anak sejak dini, rasa beryukur dan penerimaan lingkungan sosial. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat membahas dan membandingkan subjective well-being dengan penyandang disabilitas lainnya.