Hubungan antara Kualitas Hidup dan Penyakit Penyerta pada Penderita Penyakit Jantung Koroner

Abstract

Latar belakang: PJK menjadi penyakit mematikan nomor satu di Indonesia. Data dari 2013 menyebutkan bahwa prevalensi PJK di Indonesia mencapai 883.447 berdasarkan diagnosis dokter, angka tertinggi diduduki oleh provinsi Jawa Barat dengan angka 160.812, sedangkan di Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga kasus PJK dengan angka 120.447 (Kemenkes, 2014). Prevalensi tertinggi yakni Kota Salatiga sebesar 1,16%. Tujuan: peneliti ingin mengetahuitentang kualitas hidup dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, asam urat, kolesterol) serta kepatuhan minum obat pada pasien serta mengetahui hubungan presepsi diri dengan tindakan pencegahan sekunder pada pasien penyakit jantung coroner di Rumah Sakit Umum Salatiga JawaTengah. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara kualitas hidup dan penyakitpenyerta (hipertensi) pada penderita penyakit jantung, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang memiliki kualitas hidup baik lebih sedikit sebanyak 26% yang memiliki tekanan darah normal pada kualitas hidup yang baik. Sedangkan kualitas hidup tidak baik lebih banyak 50% yang mengalami hipertensi pada tingkat pertama kualitas hidup yang tidak baik. Pada hakekatnya, kualitas hidup seseorang hanya dapat digambarkan oleh orang itu sendiri secara subjektif dan tidak dapat didefinisikan secara pasti. Hal ini disebabkan karena hipertensi dapat memberikan pengaruh buruk terhadap vitalitas, fungsi sosial, kesehatan mental, dan fungsi psikologis. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan penyakit penyerta (hipertensi, DM, asam urat, dan kolesterol), dan kepatuhan minum obat pada pasien PJK di Rumah Sakit Umum Salatiga, Jawa Tengah.

Background: CHD is the number one deadly disease in Indonesia. Data from 2013 stated that the prevalence of CHD in Indonesia reached 883,447 based on a doctor's diagnosis, the highest number was occupied by the province of West Java with 160,812, while Central Java was ranked third in CHD cases with a figure of 120,447 (Ministry of Health, 2014). The highest prevalence is Salatiga City at 1.16%. Objective: to know about the quality of life and comorbidities (hypertension, DM, gout, cholesterol) as well as knowing the relationship between self-perception and secondary prevention measures in coronary heart disease patients at the Salatiga General Hospital, Central Java. Results: Based on the results of research on the relationship between quality of life and comorbidities (hypertension) in patients with heart disease, it can be concluded that respondents who have a good quality of life are 26% less likely to have normal blood pressure in a good quality of life. While the quality of life is not good, more than 50% who experience hypertension in the first stage, the quality of life is not good. In essence, a person's quality of life can only be described by the person himself subjectively and cannot be defined with certainty. This is because hypertension can have a negative effect on vitality, social function, mental health, and psychological function. Conclusion: There is a relationship between quality of life and comorbidities (hypertension, DM, gout, and cholesterol), and medication adherence in CHD patients at the Salatiga General Hospital, Central Java.