Strategi Livelihood Tukang Becak (Studi Kasus di Paguyuban Pengemudi Becak Salatiga)

Abstract

Becak merupakan transportasi tradisional yang mengandalkan tenaga manusia. Saat ini jumlah becak maupun tukang becak di Kota Salatiga hanya tinggal 200 orang. Tukang becak di Salatiga juga diwadahi oleh sebuah paguyuban yaitu Paguyuban Pengemudi Becak Salatiga (PPBS). Dengan banyaknya jumlah tukang becak maka dibagi menjadi 11 kelompok wilayah agar tidak terjadi perselisihan antar tukang becak. Dengan berkembangnya moda transportasi saat ini membuat pelanggan setia jasa tukang becak beralih menggunakan transportasi yang mudah dan cepat. Dengan demikian membuat penghasilan para tukang becak menjadi berkurang setiap harinya, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian para tukang becak memerlukan strategi – strategi untuk dapat bertahan hidup dalam keberlanjutan dengan keterbatasan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran paguyuban pengemudi becak salatiga dalam membantu para tukang becak untuk bertahan hidup di Salatiga. Dengan metode pemilihan informan dalam penelitian ini yaitu memilih satu tukang becak di setiap kelompok wilayah dengan menunjuk ketua kelompok. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa para tukang becak di Kota Salatiga memiliki strategi – strategi dalam bertahan hidup dengan penghidupan yang layak. Strategi – strategi yang dilakukan tukang becak di Salatiga masuk adalam pentagon aset pada konsep sustainable Livelihood yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan, memanfaatkan tenaga kerja keluarga, melakukan penghematan. Sementara peran paguyuban dalam membantu para tukang becak dalam bertahan hidup yaitu pengurusan SIM dan STNK tukang becak, memberikan bantuan dana sosial, memberi hak bebas parkir mencarikan bantuan dari pemerintah, dan memberikan layanan simpan pinjam bagi para tukang becak.