Resiliensi pada Lansia Perempuan yang Ditinggal Mati Pasangannya

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang resiliensi lansia perempuan yang ditinggal mati pasangannya, bagaimana para lansia perempuan dapat mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka yakni peristiwa ditinggal mati pasangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang lansia perempuan yang ditinggal mati pasangan dan tidak menikah lagi. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap para partisipan. Penelitian ini menggunakan teori resiliensi dari Reivich dan Shatte (2002). Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis interpretative phenomenological analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan serta kekhawatiran yang muncul setelah ditinggal mati pasangan membuat para partisipan berusaha berpikir positif dan mencoba meningkatkan aspek resiliensi dalam diri mereka untuk tetap menjalani kehidupan mereka, para partisipan memiliki keyakinan bahwa kehidupan mereka akan lebih baik karena mereka menyerahkannya pada Tuhan (faktor religiusitas). Dapat disimpulkan bahwa para partisipan merupakan individu yang resilien, karena mereka dapat meningkatkan aspek-aspek resiliensi dalam diri mereka.

The purpose of this study is to find out and understand the resilience of elderly women whose partners die, how the elderly women can cope and adapt to events or events that occur in their lives, namely the events of the death of a spouse. This research was conducted using phenomenological qualitative research methods. Participants in this study were three elderly women who were killed by a spouse and did not remarry. Data obtained through interviews and observations of the participants. This study uses the resilience theory of Reivich and Shatte (2002). Data analysis in this study uses interpretative phenomenological analysis (IPA) analysis techniques. The results showed that the pressures and worries that arise after the death of the spouse made the participants try to think positively and try to improve the aspect of resilience in themselves to continue to live their lives, the participants have confidence that their lives will be better because they submit it to God (factors religiosity). It can be concluded that the participants are resilient individuals because they can improve aspects of resilience in themselves.