Kajian Etis-Teologi terhadap Pelayanan Penatua dalam Dilema Moral di Jemaat Germita Shema Bannada

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman jemaat tentang pelayanan penatua yang melakukan perzinahan dilema moral tetapi masih melakukan pelayanan mimbar di ibadah minggu dan menganalisis konteks tersebut dari sudut pandang etis-teologis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data yang spesifik dari para informan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema khusus ke umum, dan kemudian menafsirkan makna dari data tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa Panggilan untuk melayani jemaat adalah tugas dan tanggung jawab seorang pelayan sebagai status hamba Allah yang berarti pelayan merupakan pemimpin dalam jemaat. Kemudian, setiap pelayan haruslah memiliki etika dalam kepribadiannya masing-masing, sehingga jemaat bisa mengakui keberadaan seorang pelayan. Ketika seorang pelayan melanggar aturan gerejawi hal yang paling tepat dilakukan adalah merenungi, dan menerapkan disipin gerejawi hal tersebut adalah bentuk dari teguran yang paling efektif. Dalam memimpin jemaat, seorang pelayan harus mampu memahami setiap keadaan yang terjadi dalam kehidupan berjemaat serta mampu mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi.

This study aims to describe the congregation’s understanding services of Presbyters who experience moral dilemmas but still perform services and to make analyze some actions of Presbyters from ethical perspectives. Data collection was carried out using qualitative research methods that involve important efforts such as asking questions, collecting specific data from participants, analyzing data inductively from specific to general themes, and then interpreting the meaning of the data. The results showed that the servant was called to be serving. The call to serve the congregation is the duty and responsibility of a servant as a servant of God, which means the servant is the leader of the church. Hence, each servant must have ethics in their personality so the congregations can acknowledge the existence of the servant. When a pastor violates an ecclesiastical rule, the most appropriate thing to do is ponder, and applying ecclesiastical discipline is the most effective form of rebuke. In leading the congregation, a servant must be able to understand any situation that occurs in the life of the congregation and be able to make the right decisions in various situations