Kontekstualisasi Tortor Sombah dalam Liturgi Hari Raya Olob-Olob di GKPS Tamba Saribu

Abstract

Dalam tulisan ini akan dijelaskan kontekstualisasi tortor sombah dalam liturgi hari raya olob-olob di GKPS Tamba Saribu. Tortor sombah adalah sebuah tarian yang ditampilkan untuk menyambut dan menyembah para tamu terhormat. Pada sistem kerajaan Simalungun, raja akan disambut dengan tortor sombahkarena raja dianggap sebagai Naibata na Taridah“Allah yang terlihat” sebelum Injil masuk ke masyarakat Simalungun. Tortor sombah ditampilkan untuk menyambut para hambaNya melalui barisan prosesi (Pendeta dan jajaran majelis jemaat). Pesta olob-olob adalah salah satu hari raya gerejawi di GPKS yang diadakan pada bulan September disetiap tahun. Olobolob diadakan untuk memperingati masuknya Injil ke Simalungun sekaligus hari berdirinya GKPS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi dengan Pendeta, Majelis, dan jemaat (Bapa, Inang, Pemuda). Berdasarkan penelitian dan analisis liturgi dapat diekspresikan melalui tarian. Setiap tari dalam liturgi adalah doa karena tari tersebut mengekspresikan iman yang ada di dalam hati dan setiap gerak yang dilakukan ditujukan kepada Allah. Jemaat GKPS Tamba Saribu meyakini bahwa tortor sombah yang ditampilkan untuk menyambut kehadiran Tuhan melalui para hambaNya. Untuk itu, tortor sombah yang ditampilkan dalam liturgi hari raya olob-olob dapat dijadikan sebagai media untuk berkontekstualisasi di GKPS Tamba Saribu karena liturgi merupakan ruang ekspresi untuk berteologi kontekstual.