Kajian Pastoralia terhadap Ritual Rau-kattu bagi Orang Sabu Diaspora di Kota Kupang

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan makna dan fungsi pendampingan pastoral dalam ritual Rau-kattu Suku Sabu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Ritual Rau-kattu sendiri merupakan sebuah warisan adat dari para leluhur yang dilakukan pada saat terjadi peristiwa kematian yang dialami oleh orang Sabu diaspora. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat Sabu memaknai ritual Raukattu sebagai tanda bahwa orang yang telah meninggal telah kembali dalam persekutuan kehidupan bersama keluarga dan para leluhur dan menghubungkan kembali tali persaudaraan serta mempererat kembali hubungan persaudaraan yang telah lama terpisah di tanah rantauan. Ritual Rau-kattu juga memiliki nilai-nilai pastoral yang dihidupi oleh masyarakat sampai sekarang yaitu, pekupu atau kebersamaan, peabu atau menyatukan, pebagi atau saling berbagi, wie ha’ja kasih sayang dan tulu menolong. Nilai-nilai tersebut sesuai dengan prinsip pastoral, yakni mendampingi seseorang agar tumbuh bersama sebagai manusia yang utuh, serta tidak terbatas pada sebuah relasi kemanusiaan melainkan juga sebagai sarana pendampingan pastoral kepada yang berduka agar kedukaan yang dialami dapat diatasi dengan baik.

This study aims to identify and describe the meaning and function of pastoral assistance in the Rau-kattu ritual of the Sabu Tribe. This research uses analytical descriptive methods with a qualitative approach. The data collection technique used is interviews. The Rau-kattu ritual itself is a traditional heritage of the ancestors which was carried out at the time of the death experienced by the Sabu people of the diaspora. Based on the results of the study, the Sabu people interpreted the Rau-kattu ritual as a sign that the deceased person had returned to the communion of life with family and ancestors and reconnected the ropes of brotherhood and reconnected the long-separated fraternal relationships in the land. The Rau-kattu ritual also has pastoral values that are lived by the community until now, namely, pekupu or togetherness, peabu or uniting, pebagi or sharing, wie ha'ja compassion and tulu help. These values are in accordance with pastoral principles, namely accompanying a person to grow together as a complete human being, and not limited to a human relationship but also as a means of pastoral assistance to the grieving so that the grief experienced can be overcome properly.