Rekonstruksi Makna Parjambaron oleh Orang Batak di Perantauan (Studi Kasus di Jemaat HKBP Ambarawa)

Abstract

Parjambaron ialah budaya pembagian daging yang bertujuan memberikan penghormatan pada marga tertentu sesuai kedudukannya menurut Dalihan Na Tolu dalam pesta adat. Jemaat Huria Kristen Batak Protestan Ambarawa yang merupakan orang Batak perantau juga melakukan budaya Parjambaron tersebut. Namun, pembagian Jambar dan pemaknaan jemaat terkait budaya tersebut sudah berbeda dengan Parjambaron mula-mula. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif guna menggali makna dari Parjambaron di Ambarawa dan mendapatkan gambaran fakta-fakta sistematis dari penelitian. Teknik pengumpulan data ialah observasi, wawancara, dan dokumen. Hasil penelitian ialah jemaat memodifikasi nilai DNT dalam Parjambaron atau mengasimilasi kecintaan mereka untuk menjaga kekerabatan di tanah perantau. Jemaat memunculkan suatu konstruksi makna Parjambaron yang baru guna semakin mempererat Dalihan Na Tolu bagi jemaat Batak Di tanah rantau tersebut. Namun rekonstruksi tersebut pun tidaklah terlalu sempurna, masih ada posisi tertentu menurut Dalihan Na Tolu yang tidak diberikan Jambar dikarenakan kurangnya pemahaman jemaat terkait Parjambaron dan Partuturan (kekerabatan). Huria Kristen Batak Protestan merupakan gereja yang menerima adat. Hal tersebut tertulis dalam konfessi dan aturan peraturannya. Hasil dari penelitian ini berguna sebagai data bagi gereja untuk melakukan fungsi edukasi dan pengawasan sosialnya terhadap jemaat dalam menjalankan budaya Batak.