Kesenian Rodatin Margo Rukun sebagai Akulturasi Nilai-Nilai Budaya dalam Penyebaran Islam di Dusun Mulungan

Abstract

Konsep keselarasan dalam masyarakat Jawa memuat prinsip etis yang harus dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa. Segala tindakan dilakukan untuk menjaga keselarasan. Rodatin merupakan seni pertunjukan rakyat yang mencerminkan konsep tersebut. Tari rodat sebagai media syiar Islam sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Rodatin merupakan teknik perang Perang Diponegaro yang dikamuflasekan dalam bentuk gerakan-gerakan halus. Pengetahuan tentang kesenian ini terbatas pada tutur lisan. Tulisan ini menuliskan memori kolektif tentang rodatin pada kelompok kesenian Margo Rukun di Dusun Mulungan, Desa Nogosren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan ini dapat diketahui bahwa kesenian rodatin terdapat perpaduan nilai kejawaan, Hindu, Islam dan Barat. Kesenian rodatin dipertunjukkan dalam tradisi methukan (perjumpaan) di kalender Jawa-Islam yaitu Rejeb, Ruwah, Pasa, Suro, dan Sapar. Methukan ini menjadi simbol hablum minnanas dan hablum minnallah (hubungan manusia dengan sesama makhluk dan manusia dengan sang pencipta). Seni rodatin sebagai sarana dakwah dan laku untuk merajut jalan kerukunan sesuai dengan nilai-nilai Jawa dan Islam.

The concept of harmony in Javanese society contains ethical principles that must be upheld by the Javanese people. All measures are taken to maintain harmony. Rodatin is a folk performing art that reflects this concept. Rodat dance as a medium of Islamic symbols since the reign of Sri Sultan Hamengku Buwono I. Rodatin is a war technique of the Diponegaro War which is camouflaged in the form of smooth movements. Knowledge of this art is limited to oral speech. This paper writes about the collective memory of Rodatin in the Margo Rukun art group in Mulungan Hamlet, Nogosren Village, Getasan District, Semarang Regency, Central Java. From this activity, it can be seen that Rodatin art has a blend of Javanese, Hindu, Islamic and Western values. Rodatin art is performed in the methukan (encounter) tradition in the Javanese-Islamic calendar, namely Rejeb, Ruwah, Pasa, Suro, and Sapar. Methukan is a symbol of hablum minnanas and hablum minnallah (human relations with fellow creatures and humans with the creator).