Pertimbangan Hakim dalam Memutus Tindak Pidana Perkosaan oleh Ayah Kandung: Studi Kasus Putusan Nomor 200/Pid.Sus/2017/PN.Trg

Abstract

Tindak pidana perkosaan terhadap anak semakin meningkat dari hari kehari. Dengan berbagai macam cara, bahkan perkosaan terhadap anak pun bisa dilakukan oleh orang tuanya. Permasalahan dalam skripsi ini untuk membahas bagaimana hakim dalam memutus kasus perkosaan terhadap anak yang dilakukan oleh ayah kandungnya dan mengetahui bagaimana pertimbangan – pertimbangan hakim dalam memberikan putusan terkait kasus tersebut. Penelitian ini adalah penelitian hukum dengan pendekatan yuridis, sosiologis, dan filosofis. Data yang digunakan adalah data sekunder dan pengumpulan data dilakukan dengan studi Pustaka dan studi putusan nomor 200/Pid.Sus/2017/PN.Trg yang selanjutnya data diolah dan dianalisis. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa menurut penulis putusan hakim dalam memutus tindak pidana perkosaan terhadap anak yang dilakukan oleh ayah kandung tersebutmemiliki pidana yang ringan mengingat bahwa terdakwa merupakan ayah kandung dari korban yang mana seharusnya melindungi anaknya yang masih dibawah umur serta meluhat fakta – fakta yang dihadirkan di persidangan. Berdasarkan tempus delicti, seharusnya hakim bisa menggunakan peraturan yang baru yaitu Perppu Nomor 1 Tahun 2016. Saran dalam penelitian ini adalah, jaksa penuntut umum dapat lebih teliti dalam menjatuhkan dakwaan karena dakwaan merupakan titik tolak dari hakim dalam menjatuhkan putusannya.