Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Difabel

Abstract

Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia. Namun pada kenyataanya, mahasiswa difabel kerap mendapatkan pandangan diskriminatif, dimana seringkali mahasiswa difabel dianggap sebagai individu yang merepotkan dan perlu dikasihani. Dampak yang dialami mahasiswa difabel yaitu mereka menjadi mudah putus asa, tidak percaya diri, dan mudah mengalami stres. Regulasi emosi yang rendah, membuat mahasiswa difabel tidak mampu dalam mengendalikan emosi. Regulasi emosi yang rendah dapat memengaruhi resiliensi individu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan resiliensi pada mahasiswa difabel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif, dengan desain korelasional untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan resiliensi. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa difabel yang berjumlah 86 orang, dengan usia antara 18-27 tahun, yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Gadjah Mada. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling. Pengukuran penelitian menggunakan dua skala yaitu Emotion Regulation Questionnaire (α=0,851) dan The Connor-Davidson Resilience Scale (α=0,914). Hasil penelitian membuktikan bahwa regulasi emosi berhubungan positif dengan resiliensi (r=0,207) dengan sig. = 0,028). Regulasi Emosi memberikan pengaruh sebesar 4% terhadap resiliensi. Regulasi emosi yang tinggi dapat meningkatkan resiliensi pada mahasiswa difabel.