Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kualitas Pernikahan Pada Individu Yang Melakukan Pernikahan Dini

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat pernikahan dini yang tinggi di dunia dengan 1.220.900 anak, dengan Pulau Jawa sebagai penyumbang prevalensi terbesar sebesar 50%. Pernikahan dini yang terjadi memiliki berbagai dampak yang akan dirasakan oleh individu yang melakukannya. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kualitas pernikahan pada individu yang melakukan pernikahan dini. Penelitian ini menggunakan teknik insidental sampling dengan partisipan sebanyak 87 individu yang telah melakukan pernikahan dini, yaitu laki- laki yang menikah dengan usia di bawah 25 tahun, dan perempuan yang menikah dengan usia di bawah 21 tahun, memiliki usia pernikahan maksimal lima tahun, dan memiliki minimal satu anak. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu alat ukur Emotional Intelligence Scale milik Salovey dan Mayer (1990) yang akan digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosi individu, dan Indonesian Moslem Marital Quality Scale milik Wahyuningsih (2013) untuk mengukur tingkat kualitas pernikahan individu. Tingkat reliabilitas pada alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,935 untuk alat ukur Emotional Intelligence Scale, dan 0,833 untuk alat ukur Indonesian Moslem Marital Quality Scale. Hasil analisis menggunakan korelasi Spearman-rho data penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kualitas pernikahan dengan koefisien 0,665 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki oleh individu maka semakin tinggi juga kualitas pernikahan individu, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, bagi pasangan yang akan menikah sebaiknya memperhatikan tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki sebelum melakukan pernikahan sehingga dapat tercipta kualitas pernikahan yang tinggi.

Indonesia is a country with high early married in the world with 1.220.900 children, with Java being the biggest contributor by 50%. Early married can make a negative effect on the person who did it. This study aims to determine the relationship between emotional intelligence and the quality of married for a person who did early married. The study uses incidental sampling with 87 participants who did early married namely, men who are married under the age of 25 years, women who are married under the age of 21 years, who have a maximum marriage age of five years, and who have a minimum one child. The study uses two measuring tools, namely Emotional Intelligence Scale owned by Salovey dan Mayer (1990) for emotional intelligent and Indonesian Moslem Marital Quality Scale owned by Wahyuningsih (2013) for the quality of married. The level of reliability of the measuring instrument used in this stud was 0,935 for the Emotional Intelligent Scale, and 0,833 for Indonesian Moslem Marital Quality Scale. The result of the analysis using the Spearman-rho correlation, the research data showed that there was a positive relationship between emotional intelligence and quality of married, with a correlation coefficient of 0,665 with a significance of 0,000 (p<0,05). So, higher emotional intelligence makes the higher quality of married and vice versa. Thus, for couples who are about to get married, it is better to pay attention to the level of emotional intelligence possessed before marriage so that a high-quality marriage can be created.