Putusan Hakim Dalam Mewujudkan Perlindungan Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga Oleh Orang Tua (Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor 155/Pid.Sus/2021/Pn Byl)

Abstract

Kekerasan seksual merupakan kejahatan kesusilaan dengan sengaja merusak kesopanan yang mengintimidasi seseorang untuk berhubungan seksualitas dengan cara memaksa. Maraknya pelaku kejahatan seksual anak adalah orang terdekat dari lingkungannya. Dalam penelitian ini dikaji bagaimana putusan hakim dalam mewujudkan perlindungan anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual dalam Rumah Tangga oleh Orang Tua. Anak dalam rumah tangga perlu dilindungi dari tindak pidana kekerasan seksual oleh orang tua. Dalam pasal Pasal 81 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Maka, harusnya hakim memutus pasal pemberatan oleh kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang tua. Namun, dalam studi kasus ini hakim tidak menerapkan pasal pemberatan. Hakim dalam menjatuhkan putusan yang ringan atau setengah dari ancaman maksimal. Penulis tertarik dalam mengkaji kasus kekerasan seksual pada anak sebagai korban adalah hubungan seorang anak dengan ayah kandung dimana anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek seksualitas. Dilihat dari legal issue dalam penelitian ini adalah bahwa belum ada makna yang jelas atau implementasi yang jelas tentang pemberatan yang ditambah 1/3 dari ancaman pidana pokok mengingat Unsur sebagaimana dilakukan oleh Orang Tua dalam putusan hakim.