Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Resiliensi pada Remaja di Panti Asuhan

Abstract

Kemiskinan, perceraian, dan permasalahan lain dalam keluarga yang ada di Indonesia membuat mereka memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anak remaja, yang menyebabkan terdapat remaja yang tinggal di panti asuhan. Situasi baru yang tidak dikenali, maupun perubahan kebiasaan, merupakan hal yang ditimbulkan dari pemisahan anak dari keluarganya. Kurangnya perhatian yang berkualitas yang disebabkan oleh banyaknya remaja yang berada di panti asuhan dengan pengasuh yang sedikit mengakibatkan remaja mengalami tekanan psikologis yang lebih besar dibandingkan dengan remaja yang tidak tinggal di panti asuhan. Untuk tetap berjuang dalam tekanan tersebut, remaja perlu memiliki resiliensi dalam menjalani hubungan dengan pengasuh maupun teman sebaya dalam kesehariannya. Selain itu, remaja juga perlu memiliki penerimaan diri dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, karena penerimaan diri juga mampu membantu remaja untuk menerima kekuatan dan kelemahannya, dan orang lain. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerimaan diri dengan resiliensi pada remaja yang tinggal di panti asuhan Woro Wiloso Salatiga. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain korelasi pearson. Penelitian ini melibatkan 47 partisipan dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Pengumpulan data menggunakan skala (kuesioner) penerimaan diri dan resiliensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penerimaan diri dan resiliensi pada remaja yang tinggal di panti asuhan (rhitung = 0,282 dengan sig. = 0,055). Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kemampuan untuk mengatasi situasi yang sulit dipengaruhi oleh penerimaan diri.

Poverty, divorce, and other problems in families in Indonesia is what makes it difficult for family to provide the needs of their children. So there are adolescents who live in orphanages. New situations, as well as changes in habits, are the results from the separation of children from their families. The lack of attention quality caused by the large difference in number between the caregiver and the teenager results in adolescents experiencing greater psychological pressure compared to adolescents who do not live in orphanages. To keep struggling under this pressure, adolescents need to have resilience in dealing with all those pressure. In addition, adolescents also need to have self-acceptance in living their daily lifes, because self-acceptance is also able to help adolescents to accept their strengths and weaknesses, and other person. Therefore, this study aims to determine the correlations between self-acceptance and resilience in adolescents living in Woro Wiloso orphanage, Salatiga. The methods used in this research was quantitative with a pearson correlation design. This research used non-probability sampling technique by involving 47 participants. The data were collected by using self-acceptance and resilience(questionnaire) scale. The result of this research showed that there was a correlation between self-acceptance and resilience in adolescents who live in orphanage (r-test = 0,282 with sig. = 0,055). The results of this study also reveals that the ability to overcome difficult situation is influenced by self-acceptance