Resiliensi dan Culture Shock Pada Mahasiswa Rantau Asal Daerah 3T di Salatiga

Abstract

Perubahan sosial budaya yang dialami oleh mahasiswa rantau asal daerah 3T merupakan fenomena sosial yang disebut Culture Shock. Culture shock terjadi akibat hilangnya tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada dalam kebudayaan yang selama ini diyakini sehingga individu tersebut akan mengalami suatu reaksi cemas serta rasa frustasi akan kejadian yang dialaminya. Salah satu faktor yang dapat diterapkan oleh individu untuk bisa meminimalisir persoalan culture shock yang dialami adalah dengan membentuk kemampuan resiliensi. Resiliensi merupakan kemampuan dalam menghadapi kesulitan, ketangguhan dalam menghadapi stres, ataupun bangkit dari trauma yang dialami. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan culture shock pada mahasiswa rantau asal daerah 3T. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain korelasional. Skala yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu skala resiliensi dan skala culture shock. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis Pearson Product moment. Responden dalam penelitian menggunakan mahasiswa rantau asal daerah 3T yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan jumlah 60 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang negatif signifikan antara resiliensi dengan culture shock pada mahasiswa rantau asal daerah 3T yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hal ini menunjukkan resiliensi menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan rendahnya culture shock yang dialami.

Cultureshock is a phenomenon due to sociocultural in which experienced by overseas students from the 3Tregion. It occurs because of the differences of the original culture they have been live in and new culture where they studying right now. This things makes them feel anxiety and abit of frustation feeling toward it. a factors that can be implementied by individuals for minimizing the culture shocks problem is by forming resilience skills. Resilience is the ability to face adversity, resilience in facing of stress, or breakthrough the trauma experienced. This study objective was to determine the relationship between resilience and culture shock in students from overseas of the 3T region. This research used correlation design quantitative method. In the data collection used scale of the resilience and culture shock scale. Then, Pearson product moment is used for testing research hypothesis. Respondents in the study were overseas students from the 3Tregion at the Satya Wacana Christian University Salatiga with a total of 60 respondents by using incidental sampling technique. The results of the research shows that significant negative relationship between resilience and culture shock in overseas students from the 3TRegion at the Satya Wacana Christian University, Salatiga. This summed that resilience is one of the factors associated within the low level of culture shock experienced.