Saksi Yehuwa Dalam Polemik Kebebasan Beragama di Indonesia: Kajian Sosio-Politik Terhadap Surat Keputusan no. Kep. 255/A/JA/06-2001

Abstract

Eksistensi Saksi Yehuwa secara da sollen melalui Surat Keputusan no. Kep. 255/A/JA/06-2001 meskipun telah memiliki kekuatan hukum, da sein terjadi diskriminasi sebagai bentuk penolakan di masyarakat yang menunjukan polemik kebebasan beragama terhadap Saksi Yehuwa di Indonesia. Penelitian ini ingin menelisik Eksistensi Saksi Yehuwa dalam polemik kebebasan beragama di Indonesia dari sudut pandang Covenantal Pluralism, komitmen hidup bersama dalam pluralitas dengan prinsip kesetaraan dan penghargaan terhadap perbedaan. Hefner mengajak kita untuk kita kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 sebagai produk hukum tertinggi, negara menjamin kebebasan setiap orang menjalankan agama dan keyakinan nya masing-masing. Tulisan ini menggunakan Archive Methodologi dengan jenis studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, skripsi dan hasil-hasil investigasi terhadap pemberitaan melalui, koran, media massa, berita, statistik orang yang pernah meneliti Saksi Yehuwa. Penelitian ini menemukan pengakuan hak kewarganegaraan terhadap Saksi Yehuwa tidak bisa didapatkan hanya dengan aturan hukum, namun perlu pengakuan secara kultural. Melalui Interreligious Engagements, pertemuan dan percakapan antar orang-orang yang berbeda agama dapat terjadi melalui interaksi keseharian dan tindakan simbolik yang memungkinkan hubungan lintas agama. Dalam perjumpaan interaksi keseharian dengan Saksi Yehuwa, transformasi “nilai-nilai luhur” dapat terbangun. Dengan cara itu perlahan kita bisa memperbaiki hubungan untuk membangun Covenant Pluralism milik bersama sebagai sebuah kebudayaan/kultur.