Kedudukan Hak Moral Pencipta dalam Sengketa Copyright PT Nagaswara Publisherindo vs Gen Halilintar (Studi Kasus Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 82/Pdt.Sus-Hak Cipta/2019/PN Niaga.Jkt.Pst., Juncto Putusan Mahkamah Agung Nomor 910k/Pdt.Sus-HKI/2020, Juncto Putusan Mahkamah Agung Nomor 41 PK/Pdt.Sus-HKI/2021)

Abstract

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dijelaskan mengenai Hak Moral yaitu hak yang melekat secara abadi pada pencipta untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya, menggunakan nama samaran, untuk mengubah ciptaannya, judul dan anak judulnya. Hak moral merupakan hak yang sudah melekat dalam diri pencipta yang tidak bisa dihapus atau dihilangkan walaupun hak tersebut telah beralih ke pihak lain. Pelanggaran Hak Moral terjadi dalam sengketa Hak Cipta antara PT. Nagaswara vs Gen Halilintar dimana Gen Halilintar terbukti merubah dan memodifikasi lirik lagu “Lagi Syantik” tanpa seizin pencipta. Setelah tiga kali menjalani Sidang yaitu pada tingkat Pengadilan Niaga, Tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali, pelanggaran hak moral baru diakomodasi pada tingkat Peninjauan Kembali. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berlaku maka dapat disimpulkan: Putusan Peninjauan Kembali No. 41 PK/Pdt.Sus-HKI/2021 telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dimana pertimbangan mengenai Hak Moral Pencipta menjadi pertimbangan utama hakim dalam memutus sengketa ini.