Gereja dan Kemiskinan: Studi Kasus terhadap Modal Sosial Pendeta di GMIT Imanuel Bokong

Abstract

Permasalahan kemiskinan di Bokong menjadi salah satu kenyataan yang kompleks bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. Hal ini dinilai kompleks, karena berkaitan dengan kondisi material (ekonomi dan sumber daya alam), kondisi mental (pengetahuan), dan mempunyai tendensi kearah materialistik. Studi ini, mengkaji modal sosial pendeta terhadap pengentasan persoalan kemiskinan di GMIT Imanuel Bokong. Menilai modal sosial pendeta dari teori sosial Pierre-Felix Bourdieu perihal konsep kapital. Praktik pelaku sosial merupakan suatu produk dari relasi antara habitus dan arena perjuangan (bidang) dengan melibatkan kapital (modal) didalamnya. Modal sosial merupakan modalitas kekuasaan (sumber daya) yang digunakan oleh pendeta sebagai strategi kekuasaan untuk mengentaskan persoalan kemiskinan di GMIT Imanuel Bokong. Praktik sosial pendeta sebagai kemampuan untuk berimprovisasi. Melalui jaringan hubungan sosial berharga di antara orang-orang sebagai besarnya kepemilikan modal dalam kelas-kelas sosial yang ada di Bokong, baik dengan sinode GMIT, pemerintah, tokoh adat masyarakat, dan keluarga kerabat. Dalam proses pengentasan persoalan kemiskinan di GMIT Imanuel Bokong pendeta sangat mendukung keterlibatan dalam pembangunan dari pelbagai elemen-elemen di dalam masyarakat. Gereja harus merasa terpanggil dengan mengambil tindakan tegas terhadap kaum miskin. Memperjuankan kehidupan yang adil adalah dengan menuntut kepada keadilan itu sendiri. Demikian bahwa pilihan untuk memperjuangkan kaum miskin sebagai “cinta kasih.” Disitulah gereja berperan.