Analisis Aktor dalam Program Sister Village di Kabupaten Magelang (Studi Desa Banyurojo dan Dusun Babadan 1, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah)

Abstract

Dalam rangka pengurangan resiko bencana khususnya bencana erupsi gunung Merapi , BPBD Kabupaten Magelang membentuk suatu program yang dinamakan Sister Village (Desa Saudara) yang dimana jika Desa di Kawasan Rawan Bencana terkena dampak dari erupsi, mereka akan mengungsi ke Desa saudaranya yang sebelumnya telah ada perjanjian terlebih dahulu, salah satunya adalah Desa Banyurojo dengan Dusun Babadan 1. Untuk menjalankan program ini dibutuhkan banyak aktor yang terlibat, maka dari itu tujuan penelitian ini untuk mengklasifikasikan aktor yang terlibat karena setiap aktor memiliki peran dan kekuatan/pengaruh yang berbeda setiap aktornya. Dalam mengklasifikasi aktor ada 4 klasifikasi untuk aktor yaitu Subyek (subjects), Pemain Kunci (key players), Pengikut Lain dan Pendukung (contest setter). Metode yang digunakan adalah kualitatfi deskriptif dengan hasil wawancara dari narasumber yang terlibat untuk melihat peran dan kekuatan.pengaruh yang dimiliki setiap aktor. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap aktor memiliki peran dan kekuatan/pengaruh yang berbeda untuk menjaga keberhasilan program ini, untuk Subyek terdiri dari pengurus TEA/barak, ketua relawan Bravo, dan Ketua Relawan Desa Paten, kategori Pemain Kunci/Key player yaitu Ketua Sister Village Desa Banyurojo dan Kepala Dusun Babadan 1, kategori Pengikut Lain terdiri dari masyarakat Desa Banyurojo dan masyarakat Dusun Babadan 1, kategori Pendukung/Contest setter yakni Ketua Relawan Bravo dan Ketua Relawan Desa Paten. Penelitian ini menghasilkan masukan atau saran bagi semua pihak yang terlibat untuk tetap mempertahankan kesaudaraannya diluar bencana dan untuk BPBD Kabupaten Magelang untuk mengontrol Desa lain yang disaudarakan untuk melihat keberhasilan program ini disetiap Desa yang disaudarakan.

In order to reduce the risk of disasters, especially the eruption of Mount Merapi, the BPBD of Magelang Regency has formed a program called Sister Village where if a village in a disaster-prone area is affected by the eruption, they will evacuate to a sister village with which there has been a prior agreement. Previously, one of them was Banyurojo Village with Babadan Hamlet 1. To run this program, many actors were needed to be involved, therefore the aim of this research was to classify the actors involved because each actor had a different role and power/influence for each actor. In classifying actors, there are 4 classifications for actors, namely Subjects, Key Players, Other Followers and Contest Setters. The method used is descriptive qualitative with the results of interviews from the sources involved to see the role and strength and influence of each actor. The results of the research show that each actor has a different role and strength/influence to maintain the success of this program, for the subjects consisting of TEA/barracks administrators, head of Bravo volunteers, and Head of Paten Village Volunteers, the Key Player category is the Chairman Sister Village of Banyurojo Village and Head of Babadan 1 Hamlet, the Other Followers category consists of the people of Banyurojo Village and the people of Babadan 1 Hamlet, the Supporter/Contest setter category is the Head of Bravo Volunteers and the Head of Paten Village Volunteers. This research produces input or suggestions for all parties involved to maintain their brotherhood outside of disasters and for BPBD Magelang Regency to control other sister villages to see the success of this program in each sister village.