Kajian Sosiologi Agama Terhadap Perubahan Makna Tu'u Belis di GMIT Zaitun Tuapukan

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis perubahan makna tu’u belis di GMIT Zaitun Tuapukan. Penelitian ini berfokus pada masalah perubahan makna tu’u belis dalam acara pernikahan, dimana makna kekeluargaan, persatuan dan kasih yang saling menolong antar sesama kini berubah menjadi usaha saling menuntut serta cenderung memaksa. Perubahan makna tu’u belis mengakibatkan muncul masalah antar jemaat sehingga gereja sebagai lembaga keagamaan turut mengambil bagian dalam proses penyelesaian masalah. Adapun metode penelitian yang saya gunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan wawancara kepada pendeta, majelis jemaat, tokoh adat/tokoh masyarakat dan orang-orang yang pernah terlibat dalam tu’u belis. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah “agama dan masyarakat” dari pemikiran Emile Durkheim. Teori ini digunakan untuk menganalisa bagaimana gereja berperan tidak hanya dalam gedungnya saja tetapi melangkah lebih jauh menyentuh lingkungan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat Tuapukan, terkhususnya jemaat GMIT Zaitun Tuapukan menganut pemahaman dikotomi antara gereja dan masyarakat. Hal ini menjadi sebuah hambatan bagi gereja untuk terlibat secara langsung dalam permasalahan yang berhubungan dengan kebudayaan. Namun upaya transformasi pemikiran telah dilakukan oleh GMIT Zaitun Tuapukan lewat berbagai cara. Menurut sudut pandang sinode GMIT, gereja akan menjadi kontekstual ketika bisa mendialogkan antara agama dan masyarakat. Kedua hal ini adalah satu kesatuan yang saling membutuhkan dan saling menopang. Teori dari Emile Durkheim relevan untuk diterapkan karena sejatinya gereja akan menjadi kontekstual ketika relasi antara agama (gereja) dan masyarakat (budaya) bisa terjalin dengan baik.