Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/32881
Title: Pembangunan Brand DGD : Ditinjau Dari Teori Segitiga Positioning, Diferensiasi dan Brand (PDB).
Authors: Kristina Dewi Widyaningtyas
Keywords: Dagadu;DGD;Diferensiasi;Merek;Pemposisian
Issue Date: Jul-2021
Abstract: Menurut BPS tiga subsektor ekonomi kreatif yang tumbuh pesat di tahun 2018 adalah kuliner sebesar 67,66 persen, fesyen sebesar 15,01 persen, dan kriya sebesar 14,56 persen. Salah satu perusahaan yang yang masih bisa eksis hingga saat ini dan menjalankan salah satu unit usaha ekonomi kreatif adalah PT. Aseli Dagadu Djogja (PT. ADD). PT. Aseli Dagadu Djogja (PT. ADD) sudah bertahan hingga 27 tahun dan brand pertama nya adalah Dagadu. Namun, seiring berjalannya waktu PT. ADD berinovasi dengan mengeluarkan brand DGD, yang lebih menyasar pada kaum milenial. Oleh karena itu, dengan adanya inovasi tersebut penelitian ini akan berfokus pada pembangunan brand DGD ditinjau dari teori segitiga positioning, diferensiasi, dan brand (PDB). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui, mendeskripsikan dan menelaah pembangunan brand DGD yang ditinjau dari Teori Segitiga Positioning, Diferensiasi dan Brand. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivistme. Dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di PT. ADD membuat brand baru yang bernama DGD. Brand ini dibuat oleh PT. ADD untuk menjamah pasar millennial. Positioning Dagadu lebih fokus mengenai Yogyakarta , sedangkan DGD lebih berfokus untuk mengkampanyekan nilai-nilai budaya Indonesia (Real life style anak muda urban). Selanjutnya dari sisi diferensiasi ada perbedaan mendasar antara Dagadu dan DGD. Dari sisi konten , Dagadu lebih fokus pada pada kebudayaan Yogyakarta yang dikemas dengan bahasa jenaka, cerdas, sederhana, dan mengena. Sedangkan, DGD lebih mengkampanyekan produk berkualitas dengan tema alam dan budaya Indonesia dengan desain khas DGD. Berikutnya dari sisi konteks Dagadu bertujuan untuk mengedukasi customer, mengangkat budaya Yogyakarta. Kemudian untuk DGD, lebih menawarkan tentang Menawarkan maximum brand value dengan memberikan fungtional benefit dan emotional benefit, dan informasi mengenai kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu, Dagadu dan DGD memiliki creative designer yang bertugas untuk mengolah tema-tema menjadi desain produk dan Garda Depan yang bertugas untuk menyalurkan energi kepada konsumen tentang pengalaman berbelanja yang berkesan. Ujung dari kesemua proses yang dianalisis adalah brand, pesan yang ingin disampaikan oleh Dagadu adalah “Kapan ke Djogja Lagi?”, sedangkan DGD ingin memberi pesan tentang “Kenali. Cintai. Indonesia”
According to BPS three sub-sectors of the economy creative that grew rapidly in the year 20 18 is a culinary amounted to 67.66 percent, the fashion of one 5.01 percent, and the skill of 14.56 percent. One of the companies that are still able to exist until the time it and run one of the creative economy business unit is PT. Aseli Dagadu Djogja (PT. ADD). PT. Aseli Dagadu Djogja (PT. ADD) had survived up to 27 years and the first is Dagadu. However, as time goes by PT. ADD innovate by issuing brand WCC, which is targeting millennials. Therefore, with the innovation of the research is going to focus on building the brand of the DGD in terms of the theory of triangular positioning, differentiation, and brand (GDP). The purpose of this study is to identify, describe and examine the development of the DGD brand in terms of the Positioning Triangle, Differentiation and Brand Theory. This research uses constructivist paradigm. With an ethnographic approach. The results of the research indicate that PT. ADD create a brand new which is named the DGD. This brand was created by PT. ADD to reach the millennial market. Positioning Dagadu more focus on Yogyakarta, while the DGD is more focused on campaigning for the values of the culture of Indonesia (Real life style of children younger urban). Furthermore, of the differentiation there is a difference fundamental between Dagadu and the WCC. From the content, Dagadu more focus on the culture of Yogyakarta, which is packed with the language witty, smart, simple, and striking meanwhile, DGD is campaigning more for quality products with the theme of Indonesian nature and culture with a DGD distinctive design. Next from the context Dagadu aims to educate the customer, lift the culture of Yogyakarta. Then for the DGD, more offers on Offering maximum brand value by giving fungtional benefits and emotional benefits, and information about the culture of Indonesia. Therefore, Dagadu and the DGD have creative designers are tasked to process the themes into the design of products and front guard that served the energy to consument about the memorable experience of shopping. The tip of all these processes is analyzed is the brand, the message that wants to be delivere by Dagadu is " when returning to Djogja Again?”, while DGD wanted to give a message about “Recognize. Love. Indonesian”
URI: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/32881
Appears in Collections:T2 - Master of Management



Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.