Pastoral Transformatif sebagai Pendekatan Penyelesaian Persoalan Etika Pendeta di Sinode GKJ

Abstract

Pendeta merupakan seorang pelayan gereja yang sekaligus menjadi teladan bagi jemaatnya, tercermin dalam cara berpikir, perkataan, sikap, dan karakternya. Meskipun demikian, sebagai manusia biasa, pendeta berpotensi melakukan tindakan-tindakan yang melanggar etika yang berlaku, seperti kasih, kejujuran, ketaatan, dan lain sebagainya. Dalam menyikapi persoalan etika pendeta, Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) menggunakan pendekatan pastoral transformatif. Pastoral transformatif menjadi dasar pelayanan gereja yang memiliki implikasi sangat luas, baik pada tataran konsep pemahaman terkait tugas pelayanan gereja, sampai pada implementasi dari praktik-praktik pelayanan yang diemban gereja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pastoral transformatif yang digunakan sebagai pendekatan penyelesaian persoalan etika pendeta di Sinode GKJ. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa praktik pastoral transfortmatif dalam menyikapi persoalan etika pendeta di Sinode GKJ sesuai dengan teori pastoral transformatif Jeffery L. Tribble, di mana pastoral transformatif menekankan pentingnya relasi dalam sebuah pelayanan. Penyelesaian persoalan etika pendeta dilakukan dalam dua tahapan, yakni tahap preventif/pencegahan serta tahap penyelesaian, dengan menggarisbawahi adanya transformasi yang dialami oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik tim pendamping maupun yang didampingi. Sejalan dengan pemikiran Tribble, bahwa melalui pelayanan gereja terjadi perubahan yang dinamis disertai dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai dimensi kehidupan. The pastor is a church servant who is also a role model for his congregation, reflected in his way of thinking, speaking, attitude, and character. However, as human beings, pastors have the potential to commit actions that violate applicable ethics, such as love, honesty, obedience, and so on. In addressing the ethical issues of pastors, the Javanese Christian Church (GKJ) Synod uses a transformative pastoral approach. Transformative pastoral is the basis of church service that has very broad implications, both at the conceptual level of understanding related to the task of church service, to the implementation of service practices carried out by the church. This research aims to analyze the transformative pastoral used as an approach to solving pastors' ethical problems in the GKJ Synod. The research method used is a qualitative method with a descriptive analysis approach and data collection techniques through interviews. Based on the results of this study, it was found that the practice of transformative pastoral in addressing the ethical issues of pastors in the GKJ Synod is in accordance with Jeffery L. Tribble's transformative pastoral theory, in which transformative pastoral emphasizes the importance of relationships in a ministry. The resolution of the pastor's ethical problems is carried out in two stages, namely the preventive/prevention stage and the resolution stage, underlining the transformation experienced by all parties involved in it, both the assisting team and the assisted. In line with Tribble's thinking, through church ministry there is dynamic change accompanied by growth and development in various dimensions of life.