Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/33982
Title: | Kajian Sosio Teologis Terhadap Penggunaan Kain Lusu dalam Kedukaan di Desa Dumoga |
Authors: | Ngala, Olivia Omega |
Keywords: | Kain Lusu;Perempuan;Sosio-Teologis |
Issue Date: | 14-Jun-2024 |
Abstract: | Keberagaman budaya di Indonesia menciptakan tradisi yang unik di setiap daerah, menjadi identitas khas masing-masing daerah. Salah satu daerah yang kaya akan kebudayaan adalah Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara. Di sana, tradisi-tradisi seperti tarian, upacara adat, pakaian tradisional, benda-benda budaya, dan sastra daerah masih dijaga dengan baik. Salah satu tradisi yang menonjol adalah penggunaan kain lusu dalam ritual kedukaan, terutama di Desa Dumoga. Kain lusu merupakan simbol kedukaan yang diberikan kepada perempuan yang kehilangan anggota keluarganya. Penggunaan kain lusu bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga merupakan ekspresi cinta dan dukacita dari keluarga yang ditinggalkan. Dalam penelitian ini, fokus ditujukan pada pemaknaan penggunaan kain lusu dalam ritus kedukaan di Desa Dumoga, Sulawesi Utara, dengan menggunakan pendekatan sosio-teologis. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif, melibatkan wawancara terstruktur dan studi literatur sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kain lusu dikhususkan bagi perempuan dalam ritus kedukaan dipengaruhi oleh pandangan terhadap peran dan posisi perempuan dalam keluarga. Perempuan dipandang memiliki kemampuan untuk mengurus rumah tangga dan memiliki hubungan emosional yang kuat dengan anggota keluarga. Penggunaan kain lusu juga dipahami sebagai simbol kesucian dan kesakralan, yang menjaga relasi antar masyarakat di Desa Dumoga. Dengan demikian, kain lusu bukan hanya sebuah simbol, tetapi juga sebuah kesepakatan sosial yang memperkuat ikatan keluarga dan komunitas. Pemahaman tentang kain lusu sebagai simbol kedukaan untuk perempuan di Desa Dumoga lahir dari pengalaman dan pandangan masyarakat setempat. Perempuan dipahami sebagai simbol kehidupan, yang memegang peran penting dalam mempertahankan keberlangsungan keluarga dan komunitas. Dengan demikian, kain lusu tidak hanya mengungkapkan duka, tetapi juga memperkuat nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. |
URI: | https://repository.uksw.edu//handle/123456789/33982 |
Appears in Collections: | T1 - Theology |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
T1_712017118_Judul.pdf | 596.2 kB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_712017118_Isi.pdf Until 2026-12-01 | 572.72 kB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_712017118_Daftar Pustaka.pdf | 306.35 kB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_712017118_Formulir Pernyataan Persetujuan Penyerahan Lisensi Nonekslusif Tugas Akhir dan Pilihan Embargo.pdf Restricted Access | 405.85 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.