Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/34667
Title: Etnobotani Tumbuh Obat di Desa Patemon Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
Other Titles: Ethobotany of Medical Plant In Patemon Village Tengaran District Semarang Regency
Authors: Jaya, Surachman
Keywords: etnobotani;tumbuhan obat;desa patemon;RFC;tumbuhan jahe
Issue Date: 21-Aug-2024
Abstract: Ethnobotany is a branch of science that studies how people use plants. Play a role in maintaining tribal characteristics in utilizing and processing the natural resources around them. Patemon Village has abundant biodiversity potential for medicinal plants. Based on the background above, it is necessary to conduct research on the ethnobotany of medicinal plants in Patemon Village. Includes types of plants, parts of plants used, how to use plants, how to obtain plants used in the treatment process and how to cultivate medicinal plants. The method used in this research is descriptive qualitative narrative. In this research, respondents were taken from 4 hamlets in Patemon Village, namely Wates Kulon, Surodadi, Bontit hamlets to represent areas bordering the natural forest area on Mount Merbabu and Patemon Hamlet as the center of government. 10 respondents were taken from each hamlet using snowball sampling. Interviews were conducted with 10 key informants (4 hamlet heads, 6 shamans/healers/community figures) and supporting informants of 5 medicinal plant farmers who had the highest Relative Frequency of Citation (RFC). Data processing with simple statistics. Research Results: There are 40 types of medicinal plants used by the community in Patemon Village, consisting of 21 families, the most frequently used medicinal plants include ginger (RFC 1), lemongrass (0.9) and turmeric (0.8). used for the treatment and prevention of disease, mostly used to treat internal diseases. The part of medicinal plants that is most widely used for treatment is the leaves, which is 35%. 48% of medicinal plants are used by drinking them. Plants used as medicine are obtained from home gardens with a value of 85%. To increase the yield of ginger plants, ginger farmers in Patemon produce their own ginger seeds, this is done because farmers can choose seeds with good quality.
Etnobotani merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat memanfaatkan tumbuhan. Berperan dalam menjaga ciri suku dalam memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam yang ada disekitarnya. Desa Patemon mempunyai potensi keanekaragaman hayati yang melimpah untuk tumbuhan obat. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai etnobotani tumbuhan obat di Desa Patemon. Meliputi jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan tumbuhan, cara memperoleh tumbuhan yang digunakan dalam proses pengobatan dan cara membudidayakan tumbuhan obat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif naratif. Dalam penelitian ini responden diambil dari 4 dusun yang ada di Desa Patemon yaitu Dusun Wates Kulon, Surodadi, Bontit untuk mewakili wilayah yang berbatasan dengan kawasan hutan alam di Gunung Merbabu dan Dusun Patemon sebagai pusat pemerintahan. Diambil 10 responden dari masing-masing dusun dengan menggunakan snowball sampling. Wawancara dilakukan terhadap 10 informan kunci (4 kepala dusun, 6 dukun/tabib/tokoh masyarakat) dan informan pendukung 5 orang petani tumbuhan obat yang mempunyai Relative Frekuensi of Citation (RFC) tertinggi. Pengolahan data dengan statistik sederhana. Hasil Penelitian : Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Patemon berjumlah 40 jenis, terdiri dari 21 famili, tumbuhan obat yang paling sering digunakan, meliputi Jahe (RFC 1), Serai (0,9) dan Kunyit (0,8). digunakan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, sebagian besar digunakan untuk mengobati penyakit dalam. Bagian tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengobatan adalah daunnya yaitu sebesar 35%. 48% tumbuhan obat dimanfaatkan dengan cara diminum. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat diperoleh dari pekarangan rumah dengan nilai 85%. Dalam meningkatkan hasil tumbuhan jahe, petani jahe di Patemon memproduksi benih jahe sendiri, hal ini dilakukan karena petani dapat memilih benih dengan kualitas yang baik.
URI: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/34667
Appears in Collections:T1 - Agroecotechnology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
T1_512019033_Judul.pdf448.52 kBAdobe PDFView/Open
T1_512019033_Isi.pdf
  Until 9999-01-01
256.75 kBAdobe PDFView/Open
T1_512019033_Daftar Pustaka.pdf291.42 kBAdobe PDFView/Open
T1_512019033_Lampiran.pdf
  Until 9999-01-01
229.4 kBAdobe PDFView/Open
T1_512019033_Formulir Pernyataan Persetujuan Penyerahan Lisensi dan Pemilihan Embargo.pdf
  Until 9999-01-01
562.92 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.