Raputallang sebagai Konseling Masyarakat Toraja

Abstract

Masyarakat Toraja memahami Raputallang sebagai ungkapan personifikasi (simbolik) yang didalamnya mengungkapkan makna relasi kekeluargaan yang terbangun berdasarkan hubungan darah daging (genelogi). Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji Raputallang sebagai pendekatan konseling masyarakat Toraja. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya dampak dan terbatasnya jangkauan dari proses konseling yang dilakukan oleh gereja kepada masyarakat Toraja yang sedang menghadapi permasalahan. Oleh sebab itu, perlu dikembangan media konseling yang bisa menjangkau dan memberikan dampak yang lebih efektif untuk membantu masyarakat Toraja meningkatkan nilai hidup yang sempat menurun akibat permasalahan yang dihadapinya. Dalam penelitian ini, sebagai pisau analisis untuk mengembangkan Raputallang sebagai Konseling Masyarakat penulis menggunakan teori Konseling Masyarakat yang dikembangkan oleh Judith A. Lewis dan rekan-rekan. Dalam kerangka mengokohkan Raputallang sebagai simbol, maka dalam penulisan ini penulis menggunakan teori simbol dari beberapa ahli. Misalnya: Raymond Firth, Victor Turner, Kliiford Geertz dan Paul Tillich. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehknik wawancara dan observasi. Sumber informasi dalam penelitian ini ialah To minaa’ (tokoh adat) dan pemerhati budaya yang ada di Toraja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Raputallang memiliki nilai, seperti: kasirampunan, mabulo lollong, kinaa, siangkaran, sitiroan, tuo lan mintu a’gan, keangga yang dapat menjadi atau dijadikan sebagai konseling masyarakat melalui pendekatan kesadaran budaya dan kekeluargaan.