Eklesiologi Indonesia: Tinjauan Eklesiologi ke-Indonesiaan Perspektif Sosio Politik terhadap Konsep Eklesiologi dalam Dokumen Keesaan Gereja – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia 2014 – 2019

Abstract

Tulisan ini menggunakan tinjauan Eklesiologi ke-Indonesiaan perspektif Sosio-Politik untuk memeriksa konsep eklesiologi yang tertuang di dalam Dokumen Keesaan Gereja tahun 2014 – 2019. Melalui studi kepustakaan, penelitian ini mengembangkan kajian yang berfokus pada studi-studi tentang eklesiologi khususnya model eklesiologi yang sesuai dengan konteks Indonesia. Tulisan ini dikaji berdasarkan pemikiran John Howard Yoder tentang gereja sebagai body politics. Berdasarkan pemahaman Yoder tersebut, ditemukan empat pemikirannya, yaitu; eklesiologi dan Kristus, eklesiologi kasih, eklesiologi moral dan eklesiologi musyawarah. Sedangkan, dalam Dokumen Keesaan Gereja, terkandung eklesiologi kebangsaan, eklesiologi dan Kristus, eklesiologi ekumenis dan eklesiologi terbuka. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman bahwa eklesiologi ke-Indonesiaan perspektif Sosio-politik yang terkandung dalam Dokumen Keesaan Gereja adalah eklesiologi Pancasila sebab gereja memiliki tanggungjawab untuk berpartisipasi dalam kehidupan bangsa dan negara. Pada akhirnya, tulisan ini belum menelisik lebih dalam dari aspek lain yang berkaitan dengan studi teologi dan sosiologi. Tulisan ini pun dapat digunakan untuk memperkaya pemahaman bersama sebagai anggota gereja dan sebagai masyarakat di Indonesia yang hidup berdampingan dengan kepelbagaian.

This paper uses Indonesian Ecclesiology framework in socio-political perspective to examine the ecclesiology concept which was stated in Dokumen Keesaan Gereja in 2014 – 2019. Through library research, this research develops an examination focused on ecclesiological studies, particularly on ecclesological model which suits Indonesian context. This writing is examined based on John Howard Yoder’s idea on church as body politics. Based on Yoder’s understanding, there are four ideas found, they are: ecclesiology and Christ, compassion ecclesiology, moral ecclesiology, and discussion ecclesiology. On the other hand, Dokumen Keesaan Gereja contains nationalism ecclesiology, Christ and ecclesiology, ecumenical ecclesiology, and inclusive ecclesiology. The result of this research is an understanding that the Indonesian ecclessiology with socio-politic perspective which is contained in Dokumen Keesaan Gereja is Pancasila ecclesiology as church has a responsibility to participate in the life of the people and the nation. Finally, this writing has not examined more in-depth aspects related with theology and sociology. This writing can be used to enrich the collective understanding as a church member and as an Indonesian citizen who lives in a multicultural society.