Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/35520
Title: Produksi Video Campaign A Taste of Bali's Heritage Blauk Basa Manis Sebagai Cameraman dan Video Editor
Authors: Houpen Parulian Tundan Siagian, Viokenhard Reyfan
Keywords: Blauk Basa Manis;Warisan Kuliner Leluhur;Punah;Bali
Issue Date: 13-Sep-2024
Abstract: Di tengah kekayaan kuliner Bali yang kaya akan rempah khasnya, terdapat sebuah hidangan yang hampir terlupakan: makanan dari larva capung. Warisan kuliner leluhur ini memiliki akar mendalam dalam budaya lokal. Larva capung, yang dikenal sebagai "Blauk" dalam bahasa Bali, adalah bahan makanan yang memiliki biasanya ditemukan di daerah berair seperti sawah. kuliner ini tidak hanya menarik karena rasanya, tetapi juga karena nilai gizinya. Larva capung kaya akan protein dan nutrisi lainnya, menjadikannya sumber pangan yang berharga di masa lalu. Sayangnya, tradisi makan larva capung di Bali menghadapi ancaman serius. Salah satu faktor utama adalah perubahan lingkungan yang berdampak pada habitat capung. Pembangunan infrastruktur dan perubahan dalam praktik pertanian mengakibatkan berkurangnya area perairan yang diperlukan untuk siklus hidup capung. Akibatnya, populasi capung menurun drastis, yang berdampak langsung pada ketersediaan larva. Selain itu, kurangnya permintaan dan pengetahuan terkait makanan ini membuat Blauk Basa Manis atau makanan olahan dari larva capung khas Bali terancam punah di generasi selanjutnya. Setelah melalui uji publik, hasil yang di dapatkan yaitu video campaign “A Taste Of Bali’s Heritage: Blauk Basa Manis” sudah layak untuk dipublikasikan kepada khalayak masyarakat. Adapun video campaign ini akan dipublikasikan di media sosial Youtube.
Amid Bali's culinary richness, which is rich in its unique spices, there is a dish that is almost forgotten: food made from dragonfly larvae. This ancestral culinary heritage has deep roots in local culture. Dragonfly larvae, known as "Blauk" in Balinese, are a food ingredient usually found in watery areas such as rice fields. This culinary delight is not only interesting because of its taste, but also because of its nutritional value. Dragonfly larvae are rich in protein and other nutrients, providing a valuable food source in the past. Unfortunately, the tradition of eating dragonfly larvae in Bali faces serious threats. One of the main factors is environmental changes that impact dragonfly habitats. Infrastructure development and changes in agricultural practices have resulted in a reduction in the water area required for the dragonfly's life cycle. As a result, the population has decreased drastically, which has a direct impact on the availability of larvae. Apart from that, the lack of demand and knowledge regarding this food makes Blauk Basa Manis, or processed food produced from Balinese dragonfly larvae threatened with extinction in the next generation. After going through a public test, the results obtained, namely the video campaign "A Taste Of Bali's Heritage: Blauk Basa Manis" are suitable for publication to the public. This campaign video will be published on YouTube social media.
URI: https://repository.uksw.edu//handle/123456789/35520
Appears in Collections:T1 - Communication

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
T1_362020088_Judul.pdf1.91 MBAdobe PDFView/Open
T1_362020088_Isi.pdf
  Until 9999-01-01
2 MBAdobe PDFView/Open
T1_362020088_Daftar Pustaka.pdf570.63 kBAdobe PDFView/Open
T1_362020088_Formulir Pernyataan Persetujuan Penyerahan Lisensi dan Pilihan Embargo.pdf
  Until 9999-01-01
1.04 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.