Puru Hogo Di Desa Raedewa Sabu Barat Dari Perspektif Pendampingan Keindonesiaan

Abstract

Penelitian ini mengkaji pelaksanaan, pemaknaan, dan nilai ritual Puru Hogo dari perspektif pendampingan keindonesiaan di Desa Raedewa, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua. Penelitian ini dimotivasi oleh fakta bahwa ritual Puru Hogo memiliki peran dan nilai yang sangat penting dalam masyarakat, sehingga tanggung jawab mereka sebagai sesama masyarakat adat dapat dilihat sebagai sebuah upaya pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara sebagai sumber data primer. Peran ritual Puru Hogo yang dimaknai dalam masyarakat adalah salah satu ritual yang dilihat dari sudut pandang pendampingan keindonesiaan yang berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal, memberikan kelimpahan dan menolak bala atas pekerjaan yang dilakukan. Nilai-nilai ritual Puru Hogo yang dapat dilihat dari perspektif pendampingan adalah jagga hela’u (gotong royong atau kerja sama), dan pehadja pedai, pebagi hedui mamudde, hamme hedau nga hedau (mengasihi, berbagi rasa, saling menerima), peheudju headde (persaudaraan yang rukun dan solidaritas), pehiangan (pertemanan). Pendampingan keindonesiaan berupaya untuk memperkenalkan nilai-nilai yang sesungguhnya sudah ada dalam masyarakat namun tidak disadari bahwa nilai itulah yang hidup dalam adat istiadat, tradisi dan budaya di mana mereka berada. Nilai budaya melalui pelaksanaan ritual Puru Hogo ini juga masih dipertahankan sebagai sebuah identitas masyarakat Jingitiu di Sabu Desa Raedewa. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam memahami peran dan nilai serta fungsi ritual Puru Hogo dalam kehidupan serta berupaya mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam ritual Puru Hogo.