Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/35847
Title: | Produksi Film Dokumenter "Langkah Sang Banteng : Persembahan Energi dari Timur" |
Authors: | Priambodo, Yehoshua Septian Aditama Prasetya |
Keywords: | Seni;Budaya;Kesenian Tradisional;Bantengan;Sejarah;Dokumenter;Culture;Traditional Arts;History;Documentary |
Issue Date: | 8-Nov-2024 |
Abstract: | Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan potensi alam dan budaya. Keberagaman seni yang ada di Indonesia tersebar di seluruh penjuru bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing di setiap daerahnya. Salah satu kesenian itu adalah Bantengan. Bantengan merupakan kesenian tradisional berupa seni pertunjukkan budaya dengan menggabungkan beberapa unsur sendratari, oleh kanugaran, musik, syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Kesenian ini tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur, terlebih di Kota Batu. Disebut sebagai “bantengan” karena pemain menggunakan kostum menyerupai banteng yang sesungguhnya, terbuat dari kain hitam dengan topeng berbentuk kepala banteng. Pertunjukan semakin menarik apabila sudah memasuki tahap trance, trance merupakan tahapan dimana pemegang kepala banteng kesurupan oleh arwah leluhur. Film Dokumenter ini menggambarkan bagaimana kesenian ini masih tetap bertahan dan menjadi kesenian yang melekat pada masyarakat Kota Batu. Dalam film ini, akan menampilkan bagaimana sejarah bantengan itu muncul dan berkembang, bagaimana kesenian ini dapat bertahan, mengapa sangat melekat pada masyarakat. Indonesia is an archipelago rich in natural and cultural potential. The diversity of arts in Indonesia is spread throughout the nation which has its own characteristics in each region. One of the arts is Bantengan. Bantengan is a traditional art in the form of cultural performance art by combining several elements of dance, by kanugaran, music, poetry/mantra which is very thick with magical nuances. This art is spread in several regions in East Java, especially in Batu City. It is called "bantengan" because the performers use costumes resembling a real bull, made of black cloth with a mask in the shape of a bull's head. The show gets more interesting when it has entered the trance stage, trance is a stage where the bull head holder is possessed by the spirits of the ancestors. This documentary illustrates how this art still survives and becomes an art that is attached to the people of Batu City. In this movie, it will show how the history of bantengan emerged and developed, how this art can survive, why it is so attached to the community. |
URI: | https://repository.uksw.edu//handle/123456789/35847 |
Appears in Collections: | T1 - Communication |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
T1_362020123_Judul.pdf | 522.23 kB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_362020123_Isi.pdf Until 9999-01-01 | 1.52 MB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_362020123_Daftar Pustaka.pdf | 327.23 kB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_362020123_Lampiran.pdf Until 9999-01-01 | 4.7 MB | Adobe PDF | View/Open | |
T1_362020123_Formulir Pernyataan Persetujuan Penyerahan Lisensi dan Pilihan Embargo.pdf Until 9999-01-01 | 816.62 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.