Peran Pendidikan Agama Kristen dalam Menghadapi Fenomena Pacaran Beda Agama di GPIB Jemaat Immanuel Bekasi

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pendidikan agama Kristen dalam menghadapi fenomena pacaran beda agama di GPIB Jemaat Immanuel Bekasi. Melalui pendekatan kurikulum panggilan gereja Maria Harris yang mencakup lima dimensi utama: koinonia (persekutuan), liturgia (kurikulum doa), didache (pengajaran), kerygma (pemberitaan Injil), dan diakonia (pelayanan), penelitian ini menemukan bahwa gereja berperan aktif dalam membimbing pemuda menghadapi fenomena tersebut. Gereja telah mengimplementasikan pendekatan holistik untuk memperkuat iman pemuda melalui persekutuan, ibadah Minggu, kelas katekisasi, dan program pembinaan lainnya. Dalam hal ini, gereja menekankan pentingnya nilai-nilai Kristen seperti kesetiaan kepada Tuhan, kasih sejati, dan tanggung jawab spiritual dalam membuat keputusan terkait pasangan hidup. Meskipun tidak mendukung pacaran beda agama, gereja mengakui fenomena ini sebagai bagian dari kenyataan sosial dan memberikan ruang bagi jemaat untuk membuat keputusan pribadi sesuai dengan keyakinan mereka sekaligus membantu para pemuda untuk memahami, mengevaluasi pelbagai resiko dan tantangan yang kompleks terkait pacaran beda agama. Pendekatan gereja yang terbuka dan penuh kasih ini bertujuan untuk membantu jemaat, terutama pemuda, menjalani hubungan yang tetap sehat sesuai esensi ajaran iman Kristen yang tanpa menghakimi, tanpa upaya mengkonversi dan tetap melibatkan keluarga dalam proses pembinaan. Dengan demikian, gereja berperan penting dalam menjaga iman dan karakter pemuda agar tetap sesuai dengan ajaran Alkitab dalam menghadapi fenomena pacaran beda agama. Penelitian ini juga memberikan beberapa saran yang dapat mendukung gereja dan keluarga dalam memperkuat peran pendidikan agama Kristen di tengah tantangan sosial yang berkembang.

This research aims to analyze the role of Christian religious education in dealing with the phenomenon of interreligious dating between different religions at the GPIB Immanuel Bekasi Congregation. Through Maria Harris' church vocation curriculum approach which includes five main dimensions: koinonia (fellowship), liturgy (prayer curriculum), didache (teaching), kerygma (preaching the Gospel), and diakonia (service), this research finds that the church plays an active role in guiding youth face this phenomenon. The church has implemented a holistic approach to strengthen youth faith through fellowship, Sunday services, catechism classes, and other formation programs. In this case, the church emphasizes the importance of Christian values such as loyalty to God, true love, and spiritual responsibility in making decisions regarding a life partner. Even though it does not support dating between different religions, the church recognizes this phenomenon as part of social reality and provides space for congregants to make personal decisions in accordance with their beliefs while helping young people to understand, evaluate the various complex risks and challenges related to dating between different religions. This open and loving church approach aims to help members of the congregation, especially young people, have healthy relationships in accordance with the essence of the teachings of the Christian faith, without judgment, without attempts to convert and still involving the family in the formation process. Thus, the church plays an important role in maintaining the faith and character of young people so that they remain in accordance with Biblical teachings in dealing with the phenomenon of dating between different religions. This research also provides several suggestions that can support churches and families in strengthening the role of Christian religious education amidst growing social challenges.