Keterlibatan Lintas Agama Dalam Interaksionisme Simbolik Peziarah Pada Pusara Soekarno Di Blitar

Abstract

Tradisi ziarah sangat berkaitan dengan budaya dan agama, di mana biasanya dilakukan oleh mereka yang beragama Islam dan sedikit saja dilakukan oleh peziarah beragama lain. Tradisi ziarah yang dilakukan di Pusara Soekarno Blitar melibatkan peziarah lintas agama setiap hari yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu dan Aliran Kepercayaan. Kegiatan ziarah di Pusara Soekarno diisi dengan ritual dan doa dari peziarah lintas agama dilakukan pada lokasi yang sama tanpa dibatasi dengan sekat. Selain ritual doa yang dilakukan setiap hari, di Pusara Soekarno diadakan kegiatan doa lintas agama empat kali dalam satu tahun yang difasilitasi oleh Pemerintah Blitar dalam rangka menyambut hari lahir Pancasila, peringatan lahir Soekarno, peringatan wafat Soekarno dan menjelang kemerdekaan Indonesia. Keterlibatan peziarah lintas agama dalam tradisi ritual dan doa telah membentuk apa yang disebut George Herbert Mead Interaksionisme Simbolik, Victor Turner menyebutnya Ritual Simbolik dan Izak Y.M. Lattu melengkapinya dengan Interreligious Engagements sebab peziarah lintas agama telah menciptakan interaksi sosial dalam suasana aman dan damai. Tulisan ini ingin menjawab pertanyaan ontologis tentang tujuan ziarah dan keterlibatan peziarah lintas agama dalam menciptakan interaksionisme simbolik di Pusara Soekarno. Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis menggunakan metode penelitian yaitu dengan pendekatan fenomenologis melalui analisis data deskriptif kualitatif untuk mengungkapkan kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu konsep. Pendekatan fenomenologi dipakai untuk mengkaji pengalaman yang dirasakan peziarah lintas agama di Pusara Soekarno dalam merekonstruksi makna dari simbol-simbol yang dianggap sakral. Studi fenomenologi dipakai untuk menggali kesadaran yang melibatkan perasaan terdalam peziarah dalam keterlibatan lintas agama di Pusara Soekarno. Pengumpulan data melalui kajian pustaka, wawancara dan pengamatan yang dilakukan di Kawasan Wisata Pusara Soekarno. Hasil penelitian sementara menyimpulkan bahwa keterlibatan lintas agama peziarah di Pusara Soekarno menciptakan interaksionisme simbolik hasil konstruksi sosial melalui kesadaran yang mendorong Peziarah dalam berinteraksi sosial. Motivasi peziarah lintas agama datang ke Pusara Soekarno mengingat semasa hidupnya Soekarno dikenal sebagai bapak bangsa dan tokoh kharismatik yang menghargai semua agama. Berdasarkan temuan tersebut maka argumentasi utama dalam tesis ini adalah bahwa konstruksi interaksionisme simbolik menjadi kerangka berpikir mengenai keterlibatan peziarah lintas agama untuk menciptakan perekat sosial dimana interaksi sosial lintas agama dapat menghubungkan berbagai karakter sosial dan sifat yang berbeda-beda.

The pilgrimage tradition is closely related to culture and religion, which is usually carried out by those who are Muslim and only a few are carried out by pilgrims of other religions. The pilgrimage tradition carried out at the Soekarno Blitar Pusara involves pilgrims from across religions every day, namely Islam, Christianity, Catholicism, Buddhism, Hinduism, Confucianism and other religious beliefs. Pilgrimage activities at the Soekarno Tomb are filled with rituals and prayers from pilgrims of various religions carried out at the same location without being limited by partitions in addition to the prayer rituals carried out every day at Soekarno Tomb, interfaith prayer activities are held four times a year which are facilitated by the Blitar Government in order to welcome the birth of Pancasila, the commemoration of the birth of Soekarno, the commemoration of the death of Soekarno and approaching Indonesian Independence. The involvement of pilgrims of various religions in the tradition of ritual and prayers has formed what George H. Mead calls Symbolic Interactionism, Victor Turner calls it Symbolic Ritual and Izak Y.M. Lattu completes it with the theory of Interreligious Engagements because pilgrims of various religions have created peaceful social interactions. This paper seeks to answer ontological questions about the purpose of pilgrimage and the involvement of interfaith pilgrims in creating symbolic interactionism at Soekarno’s Tomb. To answer this question, the author uses a research method, namely a phenomenological approach through qualitative descriptive data analysis to reveal the similarity of meaning that is the essence of a concept. The phenomenological approach is used to examine the experiences felt by interfaith pilgrims at Soekarno’s Tomb in constructing the meaning of symbols that are considered sacred. Phenomenological studies are used to explore the awareness that involves the deepest feelings of pilgrims in interfaith involvement at Soekarno’s Tomb. Data collection through literature reviews, interviews and observations conducted in the Soekarno’s Tomb Tourism Area. The results of the interfaith study conclude that the interfaith involvement of pilgrims at Soekarno’s Tomb creates symbolic interactionism as a result of social reconstruction through awareness that encourages pilgrims to interact socially. The motivation of interfaith pilgrims to come to Soekarno’s Tomb is because during his lifetime Soekarno was known as the father of the nation and a charismatic figure who respected all religions. Based on these findings, the main argument in this thesis is that the construction of symbolic interactionism becomes a framework for thinking about the involvement of interfaith pilgrims to create social glue where interfaith social interaction can connect various social characters and different traits.