Konsep Diri Remaja sebagai Anak Pendeta di GBKP Klasis Kabanjahe: Sebuah Kajian Psiko-Teologis

Abstract

Pendeta merupakan trend setter dalam lingkungan terutama dalam jemaat. Hal tersebut bukan hanya berlaku bagi pribadi pendeta namun juga bagi keluarganya, suami, istri dan anakanak. Keluarga pendeta biasanya dituntut untuk memiliki perilaku yang sama dengan pendeta. Anak-anak pendeta dituntut menjadi contoh dan bisa lebih baik dari anak-anak lainnya, sehingga memiliki kesulitan dalam menemukan konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara remaja yang berstatus sebagai anak pendeta dalam menilai dan memahami dirinya sebagai bagian dari konsep diri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data utama diperoleh melalui wawancara dengan pendekatan purposive sampling. Penelitian berfokus pada anak pendeta (GBKP) Klasis Kabanjahe yang berumur 10 sampai 16 tahun sebanyak 5 orang. Penelitian dilakukan dengan memberi pertanyaan terkait beberapa aspek yaitu aspek fisik, aspek psikis, aspek moral, aspek sosial dan aspek pedagogis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa remaja yang berstatus sebagai anak pendeta di GBKP belum sepenuhnnya mendapat konsep diri secara positif. Dalam mengenal dan memahami diri partisipan menilai dirinya pemalu, kurang percaya diri, dan sulit mengambil keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri anak pendeta pada masa remaja secara garis besar adalah orangtua, sosial, sekolah, teman, streotipe orang terhadap anak pendeta dan norma dalam masyarakat. Penerimaan remaja akan siapa dan bagaimana dia sangat penting dalam pembentukan konsep diri. Didikan learning by doing sangat disarankan untuk membantu anak memahami konsep dirinya.