Disagregasi Laba Dengan Model Akrual Komprehensif Untuk Meningkatkan Relevansi Nilai Laba Negatif

Abstract

Relevansi nilai laba berkaitan dengan kemampuan laporan keuangan dalam menjelaskan perubahan nilai perusahaan di pasar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa relevansi nilai laba meningkat setelah penerapan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), namun terdapat beberapa penelitian lainnya yang menemukan hal sebaliknya, yaitu penurunan relevansi nilai laba setelah penerapan IFRS akibat meningkatnya jumlah peruahaan yang melaporkan laba negatif. Pasar modal Indonesia (IDX) sendiri menunjukkan tren peningkatan jumlah perusahaan non-keuangan yang melaporkan laba negatif pada periode 2017 hingga 2021. Tingginya jumlah pelaporan laba negatif di setiap tahun ini dapat memengaruhi relevansi nilai laporan keuangan karena laba negatif kurang reliabel dalam penilaian ekuitas akibat sifatnya yang tidak persisten. Untuk meningkatkan relevansi nilai laba negatif, penulis menggunakan dua pendekatan. Pertama, penulis menambahkan model Collins pada tahun 1999 dengan menyusun model baru melalui disagregasi laba negatif menggunakan akrual komprehensif yang dikembangkan oleh Larson pada tahun 2018. Kedua, penulis menambahkan model Collins dengan menggunakan tingkat pertumbuhan laba jangka panjang berdasarkan model pendapatan residual (RIM) dan biaya modal implisit (ICC) dari studi Penman tahun 2023. Ini merupakan studi pertama yang menggunakan akrual komprehensif dan tingkat pertumbuhan laba jangka panjang dari RIM dan ICC sebagai input untuk penilaian ekuitas, khususnya untuk menambahi relevansi nilai laba negatif di Indonesia. Sampel dari studi ini diambil dari laporan keuangan yang telah diaudit dan informasi harga saham perusahaan non-keuangan yang terdaftar di IDX selama periode 2017-2021 (652 observasi). Data sampel bersumber dari situs web pasar modal Indonesia (IDX), Yahoo Finance, dan situs web perusahaan terkait. Sampel dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda yang mengkaji pengaruh antara harga saham (P) sebagai variabel terikat dengan variabel bebas yang terdiri dari laba negatif (EARN), nilai buku (BV), akrual komprehensif (COMPACC), aliran kas (CF), dan tingkat pertumbuhan laba jangka panjang (Growth), serta variabel kontrol yaitu jenis industri (INDY). Hasil studi menunjukkan bahwa laba negatif tidak memiliki pengaruh statistik yang signifikan terhadap harga saham sedangkan disagregasi laba negatif menjadi akrual komprehensif dan aliran kas serta penggunaan tingkat pertumbuhan laba jangka panjang terbukti dapat meningkatkan relevansi nilai buku secara inkremental pada konteks perusahaan berlaba negatif di Indonesia. Studi ini memiliki dua implikasi utama. Pertama, bagi para investor, studi ini menunjukkan bahwa laporan keuangan, meskipun berlaba negatif, tetaplah relevan sebagai salah satu sumber informasi yang reliabel dalam pengambilan keputusan investasi dan bisnis. Kedua, bagi pihak regulator pasar modal dan pembuat standar akuntansi di Indonesia seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI), temuan ini menunjukkan bahwa nilai buku dan akrual komprehensif di bawah pendekatan aset-liabilitas dan pengakuan nilai wajar berdasarkan IFRS memiliki asosiasi yang lebih tinggi dibandingkan laba dalam menjelaskan harga saham perusahaan yang merugi.