Belt And Road Initiative (Bri) Melalui New International Land-Sea Trade Corridor (Ilstc) Sebagai Implementasi Filsafat Konfusianisme

Abstract

The rise of China through the Belt and Road Initiative (BRI) is a complex phenomenon that presents opportunities for development while also raising geopolitical and security concerns on the international stage. Several countries perceive the BRI as a threat due to China’s potential economic and political dominance, which could shift Western influence. This study employs a constructivist theoretical approach to offer an alternative perspective by examining the BRI through the ILSTC project as China’s effort to achieve a form of hegemony distinct from traditional understandings. The concept of hegemony analyzed here is rooted in Confucian philosophy, which underpins the values and foreign policy of modern China. The findings indicate that China’s hegemony, as reflected in the BRI and ILSTC, is neither aggressive nor threatening but is based on positive Confucian values such as harmony and virtue. In conclusion, China’s hegemonic approach through the BRI represents a strategy that emphasizes cooperation and joint development, and thus should be understood within the context of China’s culture and history.

Kebangkitan Tiongkok yang salah satunya melalui Belt and Road Initiative (BRI) merupakan fenomena kompleks yang menghadirkan peluang pembangunan sekaligus menimbulkan kekhawatiran geopolitik dan keamanan di kancah internasional. Beberapa negara memandang BRI sebagai ancaman karena potensi dominasi ekonomi-politik Tiongkok yang dapat menggeser pengaruh Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori konstruktivis untuk memberikan perspektif alternatif, dengan menelaah BRI melalui proyek ILSTC sebagai upaya Tiongkok mencapai hegemoni yang berbeda dari pemahaman hegemoni tradisional. Konsep hegemoni yang dianalisis bersumber dari filsafat Konfusianisme, yang menjadi landasan nilai dan kebijakan luar negeri Tiongkok modern. Temuan penelitian menunjukkan bahwa hegemoni Tiongkok yang tercermin dalam BRI dan ILSTC tidak bersifat agresif atau ancaman, melainkan didasarkan pada nilai-nilai positif Konfusianisme seperti harmoni dan kebajikan. Kesimpulannya, pendekatan hegemoni Tiongkok melalui BRI merupakan strategi yang mengedepankan kerja sama dan pembangunan bersama, sehingga perlu dipahami dalam konteks budaya dan sejarah Tiongkok.