Program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) sebagai Ruang Sipil untuk Dialog Antaragama yang Adil Gender di Bukit Liti, Kalimantan Tengah

Abstract

Pada tahun 2021 ditetapkan Program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMENPPPA) dari tingkat akar rumput di Indonesia untuk mengatasi isu ketimpangan gender, kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta minimnya akses pendidikan dan kesehatan terhadap perempuan dan anak. Program ini juga dilakukan di Bukit Liti, Kalimantan Tengah sebagai upaya memenuhi hak perempuan dan perlindungan anak. Dalam perwujudan program DRPPA, stakeholders memiliki peran penting. Secara khusus keterlibatan tokoh agama Hindu-Kaharingan dan Kristen. Tulisan ini berfokus mendeskripsikan dan menganalisis ruang sipil tempat dialog antaragama Hindu-Kaharingan dan Kristen melalui Program DRPPA di Bukit Liti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori ruang sipil oleh Jeffrey C. Alexander, teori dialog agama oleh Paul F. Knitter, dan interreligious engagements oleh Izak Y. M. Lattu. Argumentasi utama dalam tulisan ini, bahwa program DRPPA dapat menjadi ruang kerja sama melalui dialog agama untuk mencapai kebijakan-kebijakan yang adil gender, secara khusus bagi perempuan dan anak. Hasil temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa ruang sipil terbentuk dari empati dan kepedulian terhadap perempuan dan anak, yang dibawa ke dalam ruang dialog agama. Melalui ruang dialog antaragama yang adil gender, tercipta dialog secara inklusif antara agama Hindu-Kaharingan dan Kristen, telah menghasilkan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pokok isi mencegah terjadinya perkawinan anak di bawah usia 19 tahun yang dinilai sebagai akar dari isu perempuan dan anak.