Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/6577
Title: | Tugas Pemuridan Dalam Relasi Lintas Iman di Sumba |
Authors: | Kenya, Herlina Ratu |
Issue Date: | Oct-2014 |
Publisher: | Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana |
Abstract: | Perjumpaan gereja dengan kenyataan pluralitas agama pada masa sekarang, menuntut gereja untuk merumuskan paham dan orientasi baru terkait dengan pemaknaan terhadap pengutusannya. Hal ini berarti gereja harus berjuang menemukan cara-cara baru dalam memahami Alkitab sebagai sumber tradisi imannya. Metode Hermenutis Kosmis merupakan salah satu pilihannya dimana semua manusia dipandang sebagai satu keluarga yang Allah tempatkan dalam kosmis sebagai rumah bersama. Paham seperti ini dihidupi oleh orang Sumba yang ditunjukkan melalui fungsi rumah adat sebagai uma bungguru atau rumah persekutuan.
GKS sebagai salah satu gereja di Sumba mendasarkan pengutusannya pada Injil Matius 28: 19 yang dikenal dengan amanat Agung. Dengan menggunakan metode hermenutis kosmis, ditemukan makna baru bahwa tugas gereja untuk menjadikan manusia sebagai murid Kristus tidak boleh dilakukan dengan cara harus dibaptis dan menjadikan mereka sebagai anggota institusi agama Kristen. Sifat kata “pergi” dan “baptisan” dalam Matius 28: 19 bukanlah perintah melainkan partisipan. Keputusan menjadi murid Kristus dan menerima baptisan lahir dari perjumpaan pribadi seseorang dengan kualitas hidup Kristus
yang dihidupi oleh orang percaya. Hal ini mengharuskan terjadinya perubahan orientasi pemuridan yang dimulai dengan upaya membangun paham eklesiologi yang lebih ramah dan merangkul. Bagi GKS pilihannya adalah eklesiologi uma bungguru The encounter of the church with the present reality of religious plurality, requires the church to formulate a new concept and orientation related to the signification of its mission. This means that the church should strife to find new ways to come to understand the Bible as the traditional source of its faith. The Cosmic Hermeneutic method is one of its choices in which all humans are regarded as one family, which God has placed in the cosmic realm as a communality in a common home. This concept is meaningfully lived out by the Sumbanese people, indicated by means of the function of the traditional (adat) house as reflected in the existence of the uma bungguru or house of fellowship. GKS as the local church in Sumba based its mission on Matthew 28: 19, known as the Great Commission. By using the Cosmic Hermeneutic method, a new meaning is discerned, namely, that the task of the church to mould the people to be disciples of Christ should not be done in a way just to baptize and constitute them as members of the Christian religious institution. The nature of the word "go" and "baptism" in Matthew 28: 19 is not a command but a participatory appeal. The decision to become disciples of Christ and accept baptism sprouts out of someone’s personal encounter with the quality of life of Christ as lived out by the believers. This requires an imminent change in ones orientation of discipleship, which commences with the effort to establish a more welcoming and embracing understanding of ecclesiology. In the case of GKS, the choise appropriate should be the uma bungguru ecclesiology |
Description: | Waskita : Jurnal Studi Agama dan Masyarakat. Vol. 2, No. 2, Oktober 2014, p. 79 - 92 |
URI: | http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6577 |
ISSN: | 18295436 |
Appears in Collections: | Waskita. 2014 Vol. II, no. 2 Oktober |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
ART_Herlina Ratu Kenya_Tugas Pemuridan_abstract.pdf | Abstract | 437.47 kB | Adobe PDF | View/Open |
ART_Herlina Ratu Kenya_Tugas Pemuridan_fulltext.pdf | Full text | 348.18 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.