Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.uksw.edu/handle/123456789/8895
Title: | Dampak Keberadaan Saksi Yehova terhadap Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Kawua |
Authors: | Masua, Hardek Repin |
Issue Date: | 2014 |
Publisher: | Magister Sosiologi Agama Program Pascasarjana FTEO-UKSW |
Abstract: | Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang mejemuk dari segi suku, agama, ras dan golongan, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah komunitas yang multikultural. Pada dasarnya kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia telah menjadi salah satu kekayaan yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks kehidupan beragama, kita dapat melihat bahwa tidak semua pemeluk agama dapat hidup berdampingan dengan damai. Dalam pemahaman yang demikian, Dr. A. A. Yewangoe mengatakan bahwa keanekaragaman agama memiliki potensi disintegratif jika tidak ditangani secara arif. Setiap agama memiliki cara tersendiri dalam memahami, menginterpretasikan dan menyampaikan ajarannya masing-masing. Perbedaan cara yang demikian sangat potensial menjadi penyebab perpecahan apabila dalam setiap agama menonjolkan atau memaksakan kebenarannya dapat diterima oleh agama yang lain. Fakta yang demikian pada akhirnya akan mengganggu eksistensi komunitas yang ada dalam masyarakat. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari kenyataan bahwa agama merupakan salah satu komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Keberadaan sekte atau aliran dalam agama adalah salah satu realitas yang perlu disikapi dengan bijak apabila masyarakat menganggap bahwa eksistensi komunitas adalah hal yang penting untuk dipertahankan. Saksi Yehova sebagai salah satu bagian dari kemajemukan agama yang ada di Indonesia perlu mendapat perhatian dari masyarakat secara umum, dan gereja aliran utama secara khusus. Menurut teori struktural fungsional agama dapat bertindak untuk menguatkan stabilitas dan kesatuan dalam masyarakat, karena agama memiliki fungsi memperkuat moral, mendukung tujuan-tujuan yang ada dalam masyarakat, dan menyediakan unsur-unsur identitas. Namun, kita juga perlu memahami bahwa agama dapat memberikan sumbangan positif dan negatif dalam masyarakat. Artinya, agama dapat memberikan pengaruh terhadap kelangsungan suatu masyarakat atau dapat menghancurkan esksitensi masyarakat itu sendiri. Inilah yang dikemukakan Merton melalui teori struktural fungsional bahwa: Pertama, apa yang bersifat fungsional bagi satu kelompok, belum tentu akan bersifat fungsional bagi kelompok lain. Kedua, tidak semua struktur mempunyai fungsi positif, tetapi beberapa struktur dapat bersifat disfungsional. Ketiga, semua struktur secara fungsional adalah untuk masyarakat. Merton juga menyinggung tentang anomie, yaitu suatu keadaan xi yang terjadi karena tekanan struktur sosial terhadap orang-orang tertentu sehingga menunjukkan reaksi non konformis, bahkan dapat menghasilkan kecemasan. Anomie dapat menghasilkan perubahan sosial dengan pola adaptasi tertentu, yaitu: conformity (keadaan tetap pada keadaan sosial yang lama), inovation (terdapat perubahan cara untuk menggapai tujuan dalam masyarakat), ritualism (bentuk penolakan terhadap pengaruh-pengaruh baru), retreatism (bentuk penarikan diri individu dengan cara melakukan penyimpangan sosial), dan rebellion (memberontak dan berani mengubah tatanan struktur sosial secara keseluruhan). Dalam kaitan keberadaan saksi Yehova dengan kehidupan masyarakat di kelurahan Kawua, telah menghasilkan pola adaptasi tersendiri. Perbedaan dogma saksi Yehova dengan aliran utama dan cara menyebarkan dogma saksi Yehova, telah menimbulkan keresahan dan menghasilkan ritualism sebagai bentuk adaptasi masyarakat terhadap keberadaan saksi Yehova. Apa yang fungsional bagi aliran saksi Yehova, ternyata tidak bersifat fungsional bagi masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan sebagai aliran utama. Kecenderungan anggota saksi Yehova untuk tidak melibatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya “tembok pemisah” antara saksi Yehova dengan anggota masyarakat yang beragama Kristen. Saksi Yehova juga tidak mendukung budaya kekeluargaan atau mosintuwu yang selama ini berkembang dalam kehidupan masyarakat Poso.Berdasarkan fakta ini maka sebagai anggota masyarakat dan sebagai umat beragama, sangat penting bagi kita untuk memperhatikan fungsi agama sebagai pendukung integritas masyarakat. Sikap untuk saling menerima perbedaan yang ada dan saling menghargai adalah kunci untuk tetap mempertahankan eksistensi komunitas, dalam hal ini masyarakat |
URI: | http://repository.uksw.edu/handle/123456789/8895 |
Appears in Collections: | T2 - Master of Religion Sociology |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
T2_752012018_Judul.pdf | Halaman Judul | 1.1 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752012018_BAB I.pdf | BAB I | 590.23 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752012018_BAB II.pdf | BAB II | 1.06 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752012018_BAB III.pdf | BAB III | 820.79 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752012018_BAB IV.pdf | BAB IV | 1.02 MB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752012018_BAB V.pdf | BAB V | 276.62 kB | Adobe PDF | View/Open |
T2_752012018_Daftar Pustaka.pdf | Daftar Pustaka | 663.2 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.